REPUBLIKA.CO.ID, PARIS--Tak kurang dari 1.600 pelaut asing dari 80 kapal yang ada di lepas pantai selatan Marseilles terjebak di dalam kapal. Para pelaut adalah para korban yang terimbas dari aksi mogok yang terjadi di Prancis.
Mereka tak bisa menjangkau daratan kendati sudah berada dekat dengan pelabuhan. Para pelaut dari seluruh dunia telah terjebak antara mogok serikat buruh Perancis dan otoritas pelabuhan yang hampir menutup seluruh terminal minyak terbesar di negara itu. Tak hanya menyusahkan para pelaut, aksi mogok ini secara keseluruhan merugikan perekonomian Prancis sebanyak 400 juta euro per harinya
Kapal-kapal yang tak bisa mendarat itu membuat para pelaut di dalamnya terkatung-katung, padahal rata-rata mereka telah mengarungi samudra berbulan-bulan. Yang jelas pemogokan di Prancis ini mempengaruhi jadwal dari banyak pelaut di seluruh dunia.
Pemogokan karyawan pelabuhan adalah bagian dari pemogokan tenaga kerja di sektor transportasi lainya di Prancis. Para pekerja di sektor perminyakan juga melakukan aksi mogok sebagai protes atas langkah pemerintah menaikkan usia pensiun dari 60 menjadi 62 tahun.
Pemogokan ini berawal ketika pekerja pelabuhan Marseille dan pekerja pelabuhan lainnya, serikat buruh CGT yang didukung Partai Komunis melakukan aksi pemogokan pada 29 September. Selain memprotes reformasi pensiun, mereka juga memprotes reformasi operasi pelabuhan.
Sejak saat itu, jumlah kapal, terutama kapal tanker minyak, kapal kargo, dan kapal kontainer telah dipaksa untuk menjatuhkan jangkar di luar pelabuhan semakin meningkat. "Situasi di Marseille ini yang terburuk yang pernah saya lihat," kata Gilles Bellafronte, petugas yang bertanggungjawab untuk mengarahkan lalu lintas kapal keluar masuk pelabuhan Marseille.
James Driver, direktur Pusat Pelaut di Pelabuhan de Buoc, Marseille, mengatakan hanya beberapa pelaut yang sudah bisa mturun dari kapal karena tidak ada kapal kecil cukup tersedia untuk mengangkut mereka ke daratan. Hal itu jga berarti banyak pelaut terputus kontak dengan keluarga mereka jika kapal mereka tidak memiliki internet atau telepon yang cukup terjangkau.
Kondisi cuaca kian mempersulit pelaut
Kondisi cuaca yang buruk beberapa hari terakhir semakin menyulitkan mereka untuk sampai ke darat. Pada Rabu (27/10) sekitar 10 pelaut Filipina pergi ke darat untuk menelepon keluarga mereka, yang jauh lebih murah ketimbang menggunakan telepon satelit dari kapal mereka.
"Tidak adil membuat keluarga mereka khawatir, ini bukan pekerjaan yang aman, cuaca, dan kecelakaan dapat terjadi. Jika tidak mendengar suara mereka, keluarga bisa tambah was-was, " kata Driver.
Meski telah berlangsung cukup lama, namun pemerintah Prancis nampaknya tetap akan memberlakukan rencananya mereformasi pensiun. Parlemen Prancis pun telah menyetujui hal ini. Pemogokan juga mempengaruhi pelabuhan minyak terbesar kedua Prancis di Le Havre, yang memasok 40 persen dari kebutuhan bahan bakar di negara itu.