REPUBLIKA.CO.ID, GAZA--Sambil duduk di kursi roda, Omer el-Khouli menyatakan sangat bergembira saat ia merayakan pernikahan bersama mempelai wanitanya, Sabtu (30/10) malam, dalam acara kawin massal yang diselenggarakan oleh penguasa Jalur Gaza Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS).
El-Khouli menderita luka parah dan menjadi cacat seumur hidup sejak 22 bulan lalu ketika Israel melancarkan serangan militer selama tiga pekan terhadap Jalur Gaza pada akhir Desember 2008. Ia gembira dapat bergabung dengan 69 mempelai pria lain yang juga adalah korban perang brutal Israel itu.
Pasangan muda tersebut tampaknya tak mengacuhkan penderitaan mereka sewaktu mereka sambil terhuyung-huyung dan terseok-seok mengikuti irama musik Islami dalam acara pernikahan itu.
"Biar pun cacat, saya merasa seakan-akan saya dilahirkan lagi sewaktu saya merayakan hidup baru saya dan berbagi kebahagiaan dalam acara kawin massal bersama pemuda lain tapi tak kehilangan semangat mereka dalam kehidupan," kata el-Khouli kepada wartawan Xinhua, Hamoudi Gharib dan Sau Abu Ramadan.
As`ad en-Nahal, mempelai lain pria yang bergabung dalam upacara kawin massal itu, mengatakan, ia berharap dapat memulai hidup baru yang berbeda dari hari-hari menyakitkan yang sebelumnya ia jalani. "Saya harap saya bisa memetik bunga kebahagian dan bukan penderitaan seperti yang saya alami selama serangan militer Israel ke Jalur Gaza," kata en-Nahal.
At-Taysee Association, yang memiliki hubungan dekat dengan HAMAS, menyelenggarakan acara kawin massal tersebut dengan tema "Meskipun cedera, kami akan terus bahagia". Sebelum upacara pernikahan dimulai, semua pasang mempelai naik kendaraan iring-iringan yang melaju di jalan-jalan utama Kota Gaza.
Sa`ed Abu Nada, Direktur Pelaksana At-Tayseer Association bagi acara pernikahan itu, mengatakan kepada Xinhua pesta kawin massal tersebut memberi sangat banyak, terutama "hadiah bagi mereka yang cedera selama perang tersebut dan mendukung mereka secara ekonomi agar mereka bisa memulai hidup baru".
"Gagasannya ialah untuk membantu mereka yang menderita cacat tubuh permanen agar dapat berbaur dengan masyarakat dan memperbaiki diri mereka untuk melanjutkan hidup normal mereka," kata Abu Nada.
Perdana menteri pemerintah terguling HAMAS di Jalur Gaza Ismail Haneya mendoakan pasangan mempelai tersebut dalam pidato saat upacara pernikahan. "Sungguh jadi kebahagiaan bahwa rakyat Palestina mencapai kemenangan dalam menghadapi perang Israel," kata Haneya.
"Upacara kawin massal ini bukan hanya untuk menghadiahi para pahlawan, tapi juga untuk menyampaikan kembali perlawanan adalah satu-satunya pilihan rakyat Palestina kita yang ingin membebaskan tanah air dan mendirikan negara Palestina dengan Jerusalem sebagai ibu kota," kata Haneya.
Ia menambahkan, mempelai pria yang cacat mengirim pesan melalui upacara ini kepada masyarakat internasional yang memperlihatkan kekejaman dan kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina. Ia menuduh Israel telah melancarkan perang urat syaraf dengan mengancam akan melancarkan perang lagi terhadap Jalur Gaza.
Dia menyatakan, "Saya kira takkan ada perang lagi dalam waktu dekat sebab kejahatan dan skandal mereka mulai memburu mereka ke mana saja." Selama operasi tiga pekan Israel pada 2001, sebanyak 1.450 orang Palestina dan 10 orang Israel tewas dan sebanyak 5.000 orang Palestina cedera.