REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Gedung Putih pada Senin (1/11) kemarin mengaku telah memperbarui janjinya untuk menyelesaikan pekerjaan tentang perjanjian perdagangan bebas dengan Korea Selatan pada waktu kunjungan Presiden Barack Obama bulan ini, tetapi mengakui "banyak masalah yang harus diselesaikan."
Pemerintahan Obama telah menekan Korea Selatan untuk akses yang lebih besar untuk mobil dan daging sapi AS di bawah kesepakatan perdagangan, yang dinegosiasikan pada 2007, tapi belum diratifikasi oleh badan legislatif kedua negara itu. "Kita akan berupaya maksimal dalam mencoba untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tersisa pada saat perjalanan presiden," Mike Froman, wakil penasehat keamanan nasional untuk urusan ekonomi internasional, kepada wartawan.
Froman mengatakan, pemerintahan AS akan mempertahankan pembicaraan dengan Korea Selatan dan pembuat undang-undang dalam perjalanan Obama mengunjungi Seoul untuk pertemuan Kelompok 20 (G20) ekonomi utama pada 11-12 November.
Obama telah menjanjikan dukungan bagi kesepakatan perdagangan meskipun mendapat penentangan dari beberapa anggota parlemen dari Partai Demokrat-nya dan organisasi buruh, yang mengatakan bahwa kesepakatan lebih menguntungkan perusahaan daripada pekerja biasa.
Korea Selatan telah menolak perubahan besar pada kesepakatan itu, yang dipicu protes jalanan atas keprihatinan tentang keamanan daging sapi AS. Obama dan banyak anggota Partai Republik saingannya, yang diperkirakan akan meningkat dalam pemilihan umum Selasa, mengatakan bahwa Amerika Serikat membutuhan kesepakatan perdagangan untuk menghindari kerugian di pasar Korea Selatan. Uni Eropa sudah menutup pakta dengan ekonomi terbesar keempat Asia itu.
Obama berharap untuk mengumumkan di Seoul bahwa ia telah mengirimkan perjanjian perdagangan ke Senat, dalam sebuah pertunjukan nyata dari dukungan untuk Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak, sekutu setia AS.