REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA--Rabu (03/11), Yunani menghentikan semua layanan pengiriman barang luar negeri selama 48 jam. Ini merupakan tindakan menyusul upaya serangkaian serangan bom di beberapa negara Eropa.
Sebuah bom kecil meledak kedutaan besar Swiss dan Rusia di Athena hari Selasa (02/11). Sebuah paket berisi bahan peledak tertahan di kantor Kanselir Jerman Angela Merkel. Paket lainnya yang ditujukan bagi PM Italia Silvio Berlusconi terbakar ketika diperiksa petugas. Dua paket yang dicurigai oleh polisi, diledakkan di terminal kargo, bandara Athena, Selasa malam (02/11), masing-masing dialamatkan kepada organisasi polisi Eropa Europol di Denhaag dan Mahkamah Pengadilan Eropa di Luxemburg.
Belum jelas bagaimana paket berisi bahan peledak itu tiba di lapangan terbang Athena tanpa diketahui. Di dekat bandara terdapat dua kantor cabang jasa pengiriman internasional UPS yang kini diperiksa, apakah teroris datang sendiri ke tempat itu dan menyerahkan paket yang ditujukan ke kantor Kanselir Merkel.
Pemberitaan media Yunani menyebutkan bahwa rangkaian paket bom tersebut berkaitan dengan pemilu komunal yang akan berlangsung 7 November. Saat bom dijinakkan di Athena, PM Giorgos Papandreou tengah melakukan kampanye pemilu di Ioannina, kota di barat laut Yunani. "Kami akan menindak tegas orang-orang yang mengusik kedamaian masyarakat dan menginginkan kekerasan, yang ingin memburuk-burukkan negara kita, justru pada masa-masa sulit ini. Setiap warga berhak atas rasa aman. Demokrasi kita tidak takut terhadap teror," tegas Giorgos Papandreou.
Serangan bom bukan hal aneh di Yunani. Tahun-tahun sebelumnya, kelompok radikal kiri "Konspirasi Sel-Sel Api" melancarkan sejumlah serangan. Februari 2008, kelompok yang sama mengirim bom api ke sejumlah politisi Yunani dan perusahaan asing di Athena. Ketika itu mereka menyatakan serangannya sebagai aksi protes terhadap politik penghematan dan reformasi sistem pensiun. Kini tampaknya mereka menentang langkah penghematan yang meluas di Eropa.
Situasi di Yunani masih tegang akibat krisis hutang negara dan meningkatnya angka pengangguran. Langkah penghematan yang diperintahkan Uni Eropa merupakan sorotan utama dalam pemilu komunal mendatang. Bulan-bulan terakhir, pemerintah sosialis Yunani berada dalam tekanan, Dalam kampanye pemilu, oposisi bahkan menyatakan 'referendum menentang langkah penghematan pemerintahan Papandreou'.
Namun, kelompok polulis kanan dan pecahan kelompok kiri juga menuding Jerman bertanggungjawab atas penderitaan ekonomi Yunani. Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, yang juga mendapat paket bom, dianggap sebagai pendukung terbesar agar sanksi keras dijatuhkan bagi negara-negara Eropa yang mengalami defisit anggaran.
Giorgos Karatzaferis, ketua partai populis kanan "Gerakan Rakyat Orthodoks", melihat peluang bagi partainya dalam pemilu komunal. Terkait rangkaian serangan terbaru ia berkomentar mencari simpati. "Tidak diragukan lagi, ada pihak yang mencoba mendestabilisasi negara kita lewat teror. Saya hanya bisa bilang, waspadalah!" Para pakar di kepolisian Yunani menduga, dalam beberapa hari ke depan masih akan ditemukan paket bom berikutnya.