REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Pihak berwajib Gerogia kini sedang mengadili Sumbat Tonoyan dan Hrant Ohanyan dua warga Armenia yang diduga terlibat dalam aksi penjualan bahan baku nuklir yang sudah diperkaya sehingga dapat digunakan untuk membuat bom nuklir. Kedua orang yang berprofesi sebagai pengusaha dan ahli fisika itu dianggap bersalah karena terbukti menyelundupkan uranium yang telah diperkaya (HEU) ke Georgia pada Maret silam.
Uranium itu disembunyikan di dalam kotak perkakas yang dikemas warna merah di dalam kereta yang melaju dari Yerevan menuju Tbilisi. Presiden Georgia, Mikhel Saakhasvili telah menyampaikan informasi itu ketika menghadiri pertemuan puncak soal nuklir di Washington DC April silam.
Namun, proses peradilan itu sendiri tidak diketahui secara jelas karena dilakukan secara tertutup. Hal itu dilakukan agar jangan tidak mengganggu tugas tim anti penyebaran senjata nuklir Georgia. Sejumlah bahan baku penting dalam membuat material hulu ledak nuklir saat ini sudah dapat diperoleh dengan mudah di pasaran gelap. Termasuk alat pendeteksi radiasi buatan AS yang dapat diperoleh di negara bekas pecahan Uni Soviet itu.
Tidak diketahui secara jelas bagaimana bahan baku senjata nuklir itu bisa beredar di pasaran, termasuk kemungkinan telah dibeli kelompok ekstrimis. Presiden AS, Barack Obama telah menyebutkan masalah nuklir ini menjadi prioritas keamanan nasionalnya.
Obama juga meminta kepada 50 pimpinan kepala pemerintahan dunia berjanji untuk mengamankan bahan baku nuklir itu dari tangan pihak yang tidak bertanggung jawab. Sejumlah tempat penyimpanan fasilitas nuklir juga sudah diperbaiki sistem pengamanannya. Terutama di Rusia yang diperkirakan memiliki 700 ton HEU di ratusan fasilitas miliknya.
Tapi tidak dijelaskan bagaimana bahan baku itu telah dicuri. ''Tapi ini masalahnya kita hanya melihat puncak gunung es,'' kata Matthew Bunn, mantan penasehat Gedung Putih di bidang ancaman penggunaan nuklir oleh teroris seperti dikutip Guardian.co.uk, Ahad (7/11).
Tonoyan (63) dan Ohanyan (59) diduga telah menawarkan barang dagangan itu yang dicurinya sejak beberapa tahun silam. Hasil uji coba yang dilakukan AS menunjukkan bukti kuat bahwa 89,4 persen bahan itu telah diperkaya dan dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir. Kedua orang itu mengaku hanya memiliki 18 gram, namun pemasok keduanya mengaku sanggup memenuhi permintaan lebih besar lagi.
Bahan baku itu diselundupkan ke Georgia setelah disimpan dalam sebuah bungkus rokok dengan menggunakan sebuah kereta. Mereka sengaja menggunakan bungkus rokok yang dilapisi kemasan almunium guna mengelabui pemeriksaan petugas yang menggunakan alat khusus.
Kedua orang itu diduga telah berencana untuk bertemu dengan calon pembeli di sebuah hotel di Georgia 11 Maret. Mereka diyakini akan menjual 18 gram contoh bahan baku itu kepada kelompok militan sebagai tanda jadi. Namun, calon pembeli itu ternyata adalah petugas keamananya yang menyamar.