Rabu 10 Nov 2010 06:15 WIB

Seniman Israel Tolak Tampil di Wilayah Pendudukan

Rep: Hiru Muhammad / Red: Endro Yuwanto
Permukiman Jerusalem Timur
Permukiman Jerusalem Timur

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Sejumlah artis dan seniman Israel melancarkan aksi boikot tampil di sebuah pembukaan teater baru di Ariel, sebuah kantong pemukiman warga Israel di Tepi Barat yang dihuni 19 ribu jiwa, Senin (8/11). Penolakan sejumlah seniman tersebut merupakan tekanan terbaru terhadap pemerintah Israel yang terus melanjutkan proyek pemukiman di wilayah pendudukan.

Para seniman yang terdiri dari aktor, pemain teater, dan dramawan itu mengaku tidak akan menyeberang 'garis hijau--batas terdepan sebelum Israel mencaplok Tepi Barat tahun 1967-- untuk tampil di teater baru di Ariel yang menghabiskan biaya pembangunan 11 juta dolar AS.

Aksi boikot itu disampaikan mereka melalui sepucuk surat yang menyebut Ariel dibangun di jantung Palestina yang akan menjadikan wilayah itu sebagai ibu kota bangsa Palestina. Mereka telah melayangkan surat itu Agustus silam yang menegaskan mereka tidak akan tampil di sebuah pusat seni di Ariel.

Surat itu mendapat dukungan dari sejumlah akademisi, penulis termasuk Amos Oz dan David Grossman yang didukung peraih Oscar seperti Vanessa Redgrave, Cynthia Nixon dan dramawan, Tony Kushner. Namun, para pendukung proyek Ariel itu berdalih wilayah itu dikehendaki sebagian besar warga Israel yang menjadi wilayah mereka. 

Garis hijau, yang telah menjadi garis pembatas gencatan senjata sejak 1949 merupakan tanda pembatas wilayah Tepi Barat yang kini telah kabur sejak Israel membangun pemukiman di wilayah itu. Jalur jalan yang menghubungkan Israel dengan Tepi Barat, tidak pernah diklaim Israel sebagai wilayahnya seperti Jerusalem Timur.

Ariel dihubungkan empat jalur jalan bebas hambatan yang menghubungkan kawasan Tel Aviv guna menimbulkan kesan seolah warga setempat menjadi bagian dari Israel. Meski mereka tinggal di wilayah Tepi Barat.

Penguasa Israel menilai Ariel menjadi salah satu 'proyek pemukiman' besar. Meski Palestina dan aktivis hak azasi Israel menilai hal itu telah memperkecil peluang Palestina mendirikan sebuah negara merdeka. Hal itulah yang memicu terjadinya debat soal masa depan Ariel. Termasuk protes dari kalangan akademisi terkait rencana pembangunan Ariel yang dilengkapi perguruan tinggi.

Dalam surat itu disebutkan Ariel dibangun sebagai upaya untuk mencegah agar Palestina tidak dapat mendirikan negara yang merdeka dan mandiri. Hal itu sama dengan menghalangi warga Israel untuk dapat hidup dengan tenang di kawasan ini.

Yehoshua Sobol, dramawan terkemuka Israel, Ahad (7/11) menyebutkan, aksi protes para seniman itu telah memicu debat hingga membuat segalanya semakin jelas bahwa tidak ada pemufakatan soal pendudukan di Tepi Barat.

sumber : ap
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement