Rabu 10 Nov 2010 14:00 WIB

Kanada Siap Sokong Indonesia di G20

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Keuangan Kanada Jemes M. Flaherty di Jakarta Selasa (9/11) mengatakan, siap mendorong terwujudnya stabilitas keuangan dan kemakmuran global di pertemuan G20 11-12 November di Seoul termasuk bekerja sama dengan Indonesia.

"Kami akan terus berusaha agar kerangka kerja sama yang sudah disepakati dalam pertemuan G20 di Toronto diimplementasikan negara-negara anggota G20, termasuk Indonesia," kata Flaherty.

Kanada, menurutnya sudah pulih dari dampak krisis keuangan global buktinya adalah turunnya angka pengangguran hanya dalam waktu 2 tahun setelah krisis keuangan global 2008. "Kami siap berbagi strategi Kanada mengatasi krisis dan bagaimana Kanada berjuang untuk mencapai target dalam G20 yaitu dengan membuat perencanaan ekonomi yang bersifat substantif dan efektif," kata Flaherty.

Salah satu cara untuk mengantisipasi krisis serupa adalah dengan mendisiplinkan institusi finansial di tiap negara dan cara untuk mendisiplinkan institusi tersebut adalah dengan menerapkan pajak seperti yang sudah dilakukan oleh Kanada. Krisis keuangan global 2008 telah menyebabkan peningkatan angka pengangguran hingga 10 persen, namun dengan menerapkan Rencana Aksi Ekonomi selama 2 tahun yang bernilai total 62 miliar dolar AS untuk menciptakan 430.000 pekerjaan, Produk Domestik Bruto (PDB) Kanada meningkat hingga 1,5 persen pada 2009.

Kanada, menurut Flaherty juga berharap agar kesepakatan Toronto Juni 2010 yaitu untuk pengurangan separuh tingkat defisit pada 2013 dan penurunan perbandingan tingkat utang pemerintah terhadap PDB pada 2016 dikerjakan oleh setiap anggota G20. "Para menteri keuangan dalam pertemuan pada Oktober di Seoul pun sudah sepakat untuk menahan diri terkait isu devaluasi mata uang dan akan lebih membicarakan bagaimana membuka pasar global demi peningkatan investasi dan perdagangan," tambah Flaherty.

Flaherty dalam kunjungannya ke Indonesia juga bertemu dengan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan pada Senin (8/11) membicarakan investasi Kanada di Indonesia di bidang pertambangan, penyediaan fasilitas publik dan pendidikan. Investasi Kanada di Indonesia pada 2009 mencapai 0,4 juta dolar AS.

Namun penolakan pemerintah Kanada atas pembelian perusahaan Potash Corp., perusahaan pupuk terbesar di dunia oleh perusahaan tambang raksasa Australia BHP Billiton senilai 38,6 dolar AS pada 3 November lalu memunculkan kecurigaan bahwa Kanada kurang terbuka atas investasi asing.

Menanggapi persoalan tersebut Menkeu Flaherty hanya mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah pola utama Kanada dan penolakan itu karena melihat pembelian oleh perusahaan asing tidak memberi "keuntungan bersih" bagi Kanada.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement