REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS--Kepala perunding nuklir Iran Saeed Jalili mengusulkan beberapa perundingan dengan negara-negara besar akan diselenggarakan di Istanbul pada 23 November atau 5 Desember, menurut sumber diplomatik Eropa, Selasa (9/11).
Seorang juru bicara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, yang menjadi ujung tombak negosiasi atas nama Inggris, Cina, Prancis, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat, mengatakan, pihaknya telah menerima surat berisi usulan dimulainya kembali perundingan program nuklir Iran itu.
Iran secara resmi telah mengusulkan pada pemimpin diplomat Uni Eropa Catherine Ashton kemungkinan tanggal-tanggal bagi pembicaraan baru dengan negara-negara besar dunia mengenai program nuklirnya, kata Amerika Serikat. Ashton, yang memelopori pembicaraan atas nama enam negara besar dunia, telah mengusulkan pada bulan lalu agar pembicaraan itu dimulai 15 November.
Jurubicara Deplu AS Philip Crowley mengatakan pada wartawan bahwa kantor wakil tinggi EU itu "telah mengindikasikan pada kami bahwa Iran sesungguhnya sudah menanggapi undangan Catherina Ashton". Teheran "telah memberikan jawaban resmi. Iran telah mengusulkan beberapa tanggal alternatif", kata Crowley, tanpa menyebutkan tanggal-tanggal itu.
Pembicaraan nuklir antara Iran dan keenam negara besar dunia -- Inggris, China, Prancis, Rusia, Jerman dan AS -- telah menemui jalan buntu sejak Oktober 2009 ketika kedua belah pihak bertemu di Jenewa.
Iran bersikeras pembicaraan itu agar diadakan berdasarkan paket usulan bagi perlucutan senjata nuklir global yang negara itu umumkan sebelum pembicaraan macet, tapi negara-negara besar dunia menegaskan pusat pembicaraan haruslah secara langsung pada program nuklir Iran. Kebuntuan itu telah menimbulkan sanksi baru PBB dan UE terhadap Iran, yang diikuti dengan beberapa langkah hukumam sepihak lainnya oleh beberapa negara, termasuk AS.