REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Ketua G-20 mendatang, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, Jumat (12/11), berjanji untuk memandu pengelompokan negara maju dan berkembang utama dengan "tanggung jawab dan realisme". Pada konferensi pers di Seoul sehubungan dengan berakhirnya KTT G20, Sarkozy mengatakan, tugas yang dihadapi kepresidenan Prancis "kolosal", tapi berjanji untuk bekerja "bergandengan tangan" dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam reformasi global.
Sarkozy mengatakan, ia akan bertemu dengan Dominique Strauss Kahn -- direktur pengelola IMF dan saingan politik dalam negeri -- pada Desember, sebelum menjelaskan ambisi G-20 Prancis lebih lengkap dalam sebuah pengumuman Januari.
Presiden Prancis sebelumnya mengatakan, ambisi utamanya akan mereformasi moneter internasional, yang dia inginkan para pemimpin berdebat "tanpa tabu" meskipun ketegangan tinggi tentang mata uang pada pertemuan puncak minggu ini.
Tujuan lain, ia telah menetapkan termasuk stabilisasi harga komoditas pangan setelah kerusuhan di Haiti dan Afrika pada 2008, dan reformasi tata kelola global -- termasukreformasi IMF dan memberikan Afrika sebuah kursi di Dewan Keamanan PBB.
Negara-negara G-20 sepakat Jumat untuk menghindari devaluasi mata uang saling membalas, mengembangkan pedoman untuk mencegah ketidakseimbangan perdagangan dan mendorong ke depan dengan peraturan baru tentang bank-bank "terlalu besar untuk gagal", setelah dua hari perdebatan sengit.
AS menginginkan negara-negara berkomitmen terhadap target transaksi berjalan ambisius untuk mengakhiri ketidakseimbangan perdagangan. Tapi pihaknya menghadapi kekakuan, oposisi yang dipimpin China dari eksportir utama yang juga termasuk Brazil dan Jerman.
Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan kelompok G-20 tidak lagi berada di "fase heroiknya" setelah peninggian pada 2008 menjadi forum utama untuk memerangi krisis keuangan global.