REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Jumlah pengungsi yang melarikan diri dari Korea Utara menuju Korea Selatan telah mencapai 20.000 warga, ujar pemerintah di Seoul, Senin di tengah kekurangan pangan dan kesulitan lain di negara miskin komunis, Korut. Pengungsi yang ke-20.000 merupakan seorang wanita berumur 41 tahun, yang tiba Kamis lalu dengan kedua anak lelakinya dan telah dipertemukan kembali dengan ibunya yang telah berada di Selatan, ujar Kementerian Penyatuan dalam pernyataannya.
Semenanjung itu secara resmi dibagi menjadi komunis di wilayah Utara dan kapitalis di Selatan pada 1948 dan tiga perang yang dimulai pada 1950 mengisolasi kedua bagian itu. Perbatasan antara kedua Korea sangat dibentengi dan hampir semua pengungsi menyeberang ke China dahulu sebelum mencoba masuk ke Selatan melalui negara ketiga.
Warga Korut sebanyak kurang dari 1.000 orang telah melakukan perpindahan ke Selatan hingga 1999, ketika jumlahnya membesar akibat Utara dilanda kelaparan yang menewaskan ratusan ribu warga. Jumlah perpindahan terus menerus bertambah sejak kejadian itu dengan jumlah tercatat sebanyak 2.927 kedatangan pada 2009.
Ribuan atau bahkan puluhan ribu warga Korut dipercaya bersembunyi di China yang memiliki kebijakan yang dikritik besar mengenai pemulangan bagi mereka yang ditemukan walaupun terdapat resiko hukuman yang berat di negara asalnya. Pada kedatangannya ke Selatan, para pengungsi
wajib tinggal selama tiga bulan di pusat pemukiman kembali yang mengajarkan mereka kemampuan bekerja dan informasi lain mengenai hidup di tempat tinggal mereka yang baru. Mereka juga menerima bantuan dana untuk menetap namun terdapat beberapa tentangan mengenai diskriminasi dari atasan. "Diskriminasi merupakan satu halangan utama yang membuat warga pembelot Korut susah untuk tinggal disini," ujar peneliti dari Universitas Seoul mengenai penelitian warga Korut, Choi Bong-Dae, kepada kantor berita Yonhap.
"Masih banyak yang kita harus lakukan dalam membantu mereka untuk beradaptasi dengan lebih baik di lingkungan kapitalis Korsel," ujar Choi. Menteri Penyatuan Korsel, Hyun In-Taek, yang kementeriannya mengamati hubungan antar perbatasan mengikrarkan upaya penyatuan yang lebih baik.
"Lakukan hal terbaik yang dapat anda lakukan selama masih ada impian besar anda dan berupaya dengan ikhlas," ujarnya kepada siswa di sekolah pengungsi muda di Seoul.