Rabu 17 Nov 2010 09:14 WIB

Obat yang Dipakai oleh Tentara NATO di Afghanistan Berefek Mematikan

Tentara NATO yang terluka ditandu untuk mendapat perawatan medis
Foto: courtesy of worldproutassembly.org
Tentara NATO yang terluka ditandu untuk mendapat perawatan medis

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Serdadu sekutu di Afghanistan dan Irak mempunyai musuh lain yang tak kalah mematikan: obat medis mereka sendiri. Sebuah penelitian menunjukkan, obat yang diberikan kepada prajurit yang terluka di Irak dan Afghanistan mungkin akan menempatkan kehidupan mereka dalam bahaya yang tak kalah mematikan: serangan jantung mendadak dan stroke.

Pengobatan yang dimaksud adalah yang digunakan untuk menghentikan pendarahan serius bagi tentara yang terluka. Uji coba memperlihatkan obat tersebut meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah di arteri, yang dapat membunuh atau menyebabkan komplikasi yang mengakibatkan amputasi.

Efek samping yang lebih mengkhawatirkan karena uji coba belum membuktikan obat ini lebih baik selain memberi efek plasebo.

NovoSeven, obat yang dimaksud, dilisensikan lebih dari satu dekade yang lalu untuk menghentikan pendarahan pada penderita hemofilia. Namun, dokter di rumah sakit militer dan sipil kerap menggunakan untuk mengobati pasien yang mengalami kehilangan darah yang serius setelah trauma atau operasi. Namun obat itu, juga dikenal sebagai faktor rekombinan tujuh, merupakan alternatif yang efektif yang dibuat antara lain dari asam tranexamic.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris saat dikonfirmasi menyebutkan NovoSeven digunakan oleh pasukan Inggris sebagai "upaya terakhir". Militer Amerika juga menggunakan obat.

Departemen Pertahanan Australia tidak dapat mengomentari penggunaannya.

Profesor Ian Roberts, seorang ahli dalam perawatan trauma di London School of Hygiene dan Tropical Medicine, memperingatkan pada tahun 2006  bahwa NovoSeven -- kerap tanpa label -- harus diklarifikasi apakah benar membantu menyelamatkan nyawa. ''Tentara yang terluka yang akan telah diberi obat ini menunjukkan bahwa mereka tidak akan mendapatkan keuntungan tapi akan mengalami serangan jantung, stroke, dan mungkin amputasi,'' katanya.

Mads Krogsgaard Thomsen, kepala bidang sains di Novo Nordisk, perusahaan Denmark yang membuat NovoSeven, mengatakan risiko yang ditimbulkan obat ini yang sangat rendah ketika digunakan di bawah lisensi untuk menghentikan pendarahan pada penderita hemofilia dan untuk gangguan pembekuan darah tertentu. ''Kita tidak bisa mendorong, dengan cara apapun, penggunaan off-label NovoSeven.''

sumber : independent
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement