REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Dalam Negeri Australia Brendan O’Connor mengumumkan bahwa Australia telah menyumbang sistem komunikasi radio maritim yang baru kepada Indonesia guna membantunya memerangi ancamam maritim dan kejahatan lintas-batas.
“Keamanan maritim merupakan keprihatinan kawasan dan Pemerintah Australia bekerja sama dengan tetangga-tetangga kami untuk mencapai tingkat keselamatan dan keamanan di laut yang setinggi mungkin,” ujar O'Connora, Kamis (18/11).
''Atas kemitraan kami dengan Indonesia, Pemerintah Australia telah menyumbangkan 2 juta dolar Australia untuk Sistem Bahaya dan Keselamatan Maritim Global (GMDSS), yang mulai beroperasi hari ini,'' ucapnya.
Jaringan baru ini akan mulai berfungsi hari ini seiring pembukaan Pusat Koordinasi Kawasan Maritim RI di Karang Asem, Bali, yang pertama dari empat pusat sejenis di Indonesia. Menurut O’Connor, jaringan radio VHF tersebut dapat menerima transmisi radio yang lebih komprehensif dan dapat memonitor pesan radio maritim dari mana pun juga di Nusantara.
“Dengan monitoring yang lebih baik, pihak berwenang Indonesia dapat memobilisasi sumber daya lebih cepat dan efisien, yang berpotensi menghentikan kejahatan dan menyelamatkan jiwa,” ujarnya.
Investasi 2 juta dolar Australia ini, kata dia, akan membantu memerangi kejahatan lintas batas di kawasan, termasuk penyelundupan manusia, perdagangan obat-obatan terlarang, dan penangkapan ikan secara ilegal oleh warga asing.
Sistem ini akan membantu mengidentifikasi kapal dan pelaut yang sah serta membantu lembaga-lembaga Indonesia untuk memonitor gerakan kapal laut. ''Memiliki informasi yang dapat diandalkan tentang kegiatan manusia di laut adalah hal yang vital bagi keamanan perbatasan dan penegakan hukum secara efektif,'' jelas O'Connor.
Informasi keamanan maritim yang dikumpulkan dengan jaringan yang baru ini akan disebarluaskan kedua belas lembaga pemerintah Indonesia dan pihak berwenang Australia, guna membantu memerangi kejahatan lintas batas maritim dan ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan dan keamanan.
Selain fungsi radiotelepon standar yang memungkinkan komunikasi lisan antara pelaut dan pihak berwenang, kapal yang diperlengkapi dengan peralatan GMDSS yang baru dapat mengirim nomor registrasi yang unik mereka, nama, dan lokasi yang persis ke Pusat Koordinasi Kawasan terdekat.
Pembukaan pusat komunikasi yang pertama di Bali hari ini akan segera diikuti dengan pusat-pusat yang baru lainnya di Timor Barat, Maluku, dan Papua. “Australia dan Indonesia bekerja sama untuk melindungi dan mengamankan perairan perbatasan guna memastikan keselamatan dan keamanan rakyat kedua bangsa,” tegas O’Connor.