Sabtu 20 Nov 2010 13:37 WIB

Inilah Faktor-faktor yang Mengundang Keresahan Israel

Red: irf
Menuntut Israel
Menuntut Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Israel terus mengalami ketakutan dan keresahan permanen. Meski sebagai unggul dan kuat, namun ia menjadi bangsa paling “paranoid”  di dunia. Israel resah karena banyak hal yang berimbas kepada perilaku politiknya dalam banyak hal terutama soal konsekuensi perdamaian utuh. Israel takut jika koalisi strateginya dengan Amerika tidak bertahan lama atau dengan negara besar lain. Bisa jadi salah satu penopang eksistenasi Israel adalah menjaga koalisi strategis dengan negara besar seperti Amerika. Karena itu Israel takut terhadap tekanan Amerika. Itulah alasan mengapa Israel takut kepada Obama meski ia sudah menegaskan jaminan keamanan terhadap Israel.

Di sinilah peran utama Lobi Israel, melihat semua perubahan kebijakan Amerika. Selalu membandingkan kekuatan Presiden Amerika dengan kekuatan oposisi yang menguasai Kongres. Untuk itulah Israel merasa nyaman dengan kemenangan partai Republik menguasai mayoritas kursi parlemen Amerika yang berwenang menentukan kebijakan keuangan dan peperangan Amerika. Faktor ini akhirnya bisa mendekatkan visi Amerika terkait persoalan permukiman Yahudi. Israel mengetahui bahwa perubahan politik demikian besar. Dan Amerika mempunyai visi keamanan yang tinggi sebagai Negara besar. Sementara Israel tidak boleh membahayakan kepentingan ini, sebab akan berdampak kepada eksistensi dan keamanannya.

Israel sangat takut terhadap berdirinya Negara Palestina, dan keputusan Dewan Keamanan PBB mendirikan Negara Palestina. Persoalan ini tidak sederhana. Ketakutan Israel terhadap perubahan kebijakan politik Amerika masih mendominasi. Namun pada kondisi kedua, Israel tidak mampu mencegah pembentukan Negara Palestina. Meski Amerika menggunakan hak Veto masih memungkinkan untuk menghindar lewat UU Bersatu untuk Perdamaian. Dan menerbitkan kebijakan mengikat dari Majlis Umum.

Semua ini mempunyai dampak berbahaya bagi masa depan Israel. Israel bisa terkena embargo ekonomi atau non ekonomi. Inilah tafsiran mengapa Israel mengancam tindakan unilateral menentang pembentukan Negara Palestina. Yang menambah ketakutan Israel adalah empati Presiden Obama terhadap apa yang menimpa rakyat Palestina dan pengetahuannya bahwa mendirikan Negara merupakan solusi penting mengakhiri pertikaian Arab-Israel. Israel takut Negara Palestina berdiri, sebab akan berdampak kepada semua landasan berdirinya Israel, dan tidak ada seorang pun yang menjamin apa yang akan terjadi para Negara Palestina di masa mendatang.

Termasuk yang ditakuti Israel adalah perdamaian. Di antara dasar-dasar ilmu manajemen sengketa internasional adalah kekuatan dan perdamaian tidak bisa bertemu. Israel tahu bahwa perdamaian adalah melepaskan semua kategori kekuatan. Padahal ada banyak hal yang harus dilakukan dengan kekuatan sebagai otoritas penjajah. Antara lain mengakhiri penjajahan atas wilayah Palestina. Berintegrasi di tengah kepadatan penduduk Arab dan Islam, inilah ketakutan keempat Israel.

Ketakutan lain adalah, terungkapnya sikap Israel seputar demokrasi melalui UU yang dibuatnya yang berisi pemisahan nyata dari penduduk Arab. Inilah ketakutan-ketakutan Israel yang membentuk titik lemah. Apakah rakyat Palestina mengetahui urgensi dan cara berinteraksi dengannya?

sumber : infopalestina
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement