Selasa 23 Nov 2010 02:34 WIB

Jepang: Pengayaan Uranium Baru Korut tak Bisa Diterima

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO--Pengakuan terakhir Korea Utara yang sedang melaksanakan program pengayaan uranium "mutlak tak bisa diterima," kata kepala juru bicara pemerintah Jepang, Yoshito Sengoku, Senin (22/11). Komentarnya itu dikemukakan menyusul pengungkapan oleh seorang pakar Amerika Serikat yang telah meninjau sebuah pabrik pengayaan uranium di negara komunis tersebut.

Hasil temuan mencuatkan prospek bahwa Pyongyang sedang siap untuk membuat banyak bom atom. "Pembuatan nuklir Korea Utara mutlak tak bisa diterima dari sudut pandang keamanan Jepang dan perdamaian dan stabilitas wilayah," kata Kepala Sekretaris Kabinet Sengoku kepada para wartawan.

"Kami akan terus melakukan upaya maksimal terhadap sanksi pembangunan nuklir Korea Utara dalam bekerja sama dengan Amerika Serikat, Korea Selatan dan China," katanya dalam konferensi pers berkala. Pakar AS Siegfried Hecker menjelaskan pada akhir pekan bahwa dia telah meninjau sebuah pabrik pengayaan uranium modern yang dilengkapi dengan sedikitnya 1.000 sentrifugal pada 12 November di kompleks nuklir Yongbyon.

Hecker, seorang profesor Universitas Standford, menyebutkan bahwa fasilitas itu menakjubkan dan menambahkan bahwa dia diberitahu fasilitas itu telah memproduksi uranium peringkat-rendah, meskipun tidak ada cara untuk memastikan apakah pabrik itu beroperasi penuh. Utusan khusus AS untuk Korea Utara, Stephen Bosworth, akan menuju ke Jepang pada Senin malam setelah singgah di Korea Selatan, di mana dia mengatakan kepada Pyongyang bahwa klaim tersebut provokatif dan mengecewakan tetapi "bukanlah sebuah krisis".

Bosworth, yang kemudian menuju ke China setelah mengunjungi Tokyo, mendatangi negara-negara anggota perundingan enam negara yang bertujuan untuk menghapuskan program nuklir Korea Utara, dan Rusia adalah juga anggota forum tersebut. Utusan AS itu mengatakan bahwa program tersebut melanggar resolusi PBB dan perjanjian enam negara September 2005, di mana Utara sepakat untuk menghapus program nuklirnya dengan imbalan bantuan, diplomatik dan keamanan.

Namun, Bosworth juga mengatakan bahwa dia tidak seluruhnya memutuskan mengenai kemungkinan perundingan lebih lanjut dengan Korea Utara". Korea Utara yang melakukan dua kali uji coba senjata nuklir, menarik diri dari perundingan perlucutan senjata nuklir itu pada 2009.

sumber : ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement