REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Duka yang dialami para pahlawan devisa, terus bermunculan ke permukaan. Kali ini, duka itu dialami seorang TKW asal Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Fatika binti Tarjono (23 tahun).
Fatika tewas saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Syria. Dia dikabarkan tewas akibat terjatuh dari lantai enam rumah majikannya. Namun, pihak keluarga menduga korban tewas secara tidak wajar.
Ibu kandung Fatika, Mastirih (45), menuturkan, pertama kali menerima informasi kematian putrinya pada 6 November 2010. Informasi itu berasal dari KBRI Syria di Damaskus. ‘’Saya sampai pingsan mendengar kabar itu,’’ tutur Mastirih, Senin (22/11).
Mastirih menjelaskan, Fatika pertama kali berangkat ke Syria sejak 20 bulan yang lalu. Rencananya, anaknya itu akan kembali ke Tanah Air empat bulan mendatang.
Mastirih mengaku tidak percaya jika Fatika tewas akibat terjatuh dari lantai enam rumah majikannya. Apalagi, sehari sebelum kabar kematian itu datang, Fatika sempat menelepon ibu mertuanya yang tinggal di Desa Bulak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu.
Kepada ibu mertuanya, tutur Mastirih, Fatika menceritakan bahwa majikan laki-lakinya berniat untuk menikahinya. Selain itu, sang majikan juga berjanji akan membayar semua gaji Fatika yang selama ini belum dibayarkan. Namun, pembayaran gaji akan dilakukan jika Fatika memenuhi keinginan sang majikan.‘’Tapi Fatika menolak keinginan itu karena dia telah memiliki suami,’’ kata Mastirih.
Mastirih melanjutkan, ibu mertua Fatika pun mengungkapkan bahwa sambungan telepon Fatika tiba-tiba terputus saat sedang menceritakan hal tersebut. Sehari setelah percakapan di telepon itu, Fatika dikabarkan tewas. ‘’Saya curiga ada yang tidak beres (di balik kematian Fatika),’’ tegasnya.
Selain Fatika, kisah duka juga menyelimuti seorang TKW asal Kelurahan Kebonbaru, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Warkesi. Akibat berbagai macam penyiksaan yang dilakukan majikannya di Arab Saudi, sang pahlawan devisa itu kini mengalami gangguan jiwa.