REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH--Setidaknya 345 orang tewas terinjak-injak saat menghadiri Festival Air di ibukota Kamboja dan ratusan lainnya terluka pada Senin malam (22/11). Peristiwa ini dinilai sebagai tragedi paling mengerikan di Kamboja setelah pemerintahan teror Khmer Merah di era 1970-an.
Ribuan warga menghadiri festival Air di pulau Koh Pich (pulau berlian) yang diselenggarakan setiap tahun untuk merayakan musim hujan. Namun kerumunan warga mulai panik saat sekitar sepuluh orang pingsan karena berdesak-desakkan. Mendapati ada orang yang terinjak-injak, orang-orang semakin panik, dan berusaha keluar dari kerumunan.
Sayangnya, hal itu semakin menyebarkan kepanikan dan malah membuat semakin banyak orang yang jatuh dan terinjak-injak. Sementara sebagian orang lainnya yang berupaya menyelamatkan diri jatuh ke sungai.
Seorang saksi mata yang tiba setelah kepanikan agak mereda mengatakan, mayat korban ditumpuk di sisi jembatan sementara regu penyelamat masih mencari korban lainnya yang tenggelam di sungai. Raungan ambulans pun terdengar bolak-balik antara sungai dan rumah sakit selama beberapa jam usai peristiwa itu.
Rumah Sakit Calmette, yang merupakan rumah sakit terbesar di ibukota dipenuhi korban yang membutuhkan perawatan maupun korban tewas. Beberapa di antara korban terluka dirawat di lorong-lorong rumah sakit. Kemungkinan jumlah korban masih akan meningkat.
Patugas penyelamat masih berupaya mencari korban yang tenggelam di sungai, sementara ratusan pasang sepatu terlihat berserakan di sekitar jembatan.
Perdana Menteri Hun Sen mengatakan bahwa 345 orang telah tewas dan lebih dari 320 terluka.
"Ini adalah tragedi terbesar yang kami alami dalam 31 tahun terakhir, sejak runtuhnya rezim Khmer Merah," katanya pada Selasa (23/11).
Hun Sen memerintahkan diadakannya penyelidikan penyebab peristiwa ini dan menyatakan Kamis (24/11) akan menjadi hari berkabung nasional. Dia mengatakan bahwa pemerintah akan memberi santunan untuk keluarga korban meninggal masing-masing 5 juta riel (Rp 10 juta) untuk biaya pemakaman dan memberikan 1 juta riel (Rp 2 juta) untuk korban luka.
Pihak berwenang memperkirakan lebih dari 2 juta orang menghadiri festival Om Bon Touk yang diselenggarakan selama tiga hari. Festival ini biasa digelar untuk menandai akhir musim hujan dimeriahkan dengan atraksi utama lomba perahu tradisional di sepanjang sungai. Tahun ini, sebanyak 420 perahu ambil bagian dengan awak hingga 80 orang di masing-masing kapal.