REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI--Kementerian Budaya dan Bimbingan Islam Iran memblokir 5 juta laman yang dinilai pro Nazi dan anti Yahudi. Namun, kementerian tersebut tidak memblokir satu laman yang beralamat irannazi.ir, lantaran laman tersebut merupakan Pusat Studi Sejarah Perang Dunia I dan Nazisme. Kebijakan itu menuai keberatan dalam lingkar politik Iran.
Laman Tabnak yang pro-pemerintah menyatakan pemerintah Iran telah memberikan penjelasan terhadap alasan pembukaan laman tersebut. Sedangkan Rooz online, laman pro reformis menganggap kebijakan pemerintah Iran condong pada terhadap kelompok neo Nazi. Disamping itu, Rooz juga menyebut Muhammad Ramin, Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran sebagai pihak dibalik pendirian Institut Holocaust di Teheran, dan sekaligus propaganda ihwal sangkalan Pemerintah Iran terhadap pemusnahan orang Yahudi oleh Nazi Jerman.
Jurnalis Iran Mohammad Reza Yazdanpanah berpendapat bahwa Ramin memainkan peran utama dalam mempengaruhi kebijakan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam menyangkal Holocaust. "Tepat setelah layanan diblokir itu, Irannazi.ir menarik 300 anggota baru dan menerima lebih dari 3.200 email dalam mendukung grup," kata Yazdanpanah seperti dikutip alarabiya, Selasa (23/11).
Rooz mengklaim tujuan utama pemerintah Iran adalah untuk mengekspos kebohongan yang disebarkan oleh Zionis tentang penganiayaan orang-orang Yahudi selama Perang Dunia Kedua, dan menggambarkan diri anggota mereka sebagai tentara Hitler yang ingin membuat "kebohongan holocaust" diketahui seluruh dunia. Rooz sempat menerbitkan pernyataan tentang larangan yang dikenakan pada administrator setelah dituduh menghina agama minoritas. Setelah peluncuran ulang, Irannazi.ir meminta pengunjung untuk menggunakan kata "Zionis".
Aktivis Arab-Iran Kawthar Ali berpendapat penerapan prinsip-prinsip Nazi dan prevalensi kecenderungan anti-Semit di Iran juga menimbulkan ideologi ekstremis lain, terutama terhadap minoritas Arab. "Membiarkan neo-Nazi untuk menyebarkan ide-ide mereka bertujuan untuk menyakiti orang-orang Arab," kata dia "Kita harus ingat bahwa Hitler membenci orang-orang Arab seperti ia membenci orang Yahudi karena mereka (orang arab) juga Semit."
Ali menduga pemerintah Iran menggunakan tren ekstremis seperti untuk menyalurkan kepentingannya untuk menyebarkan ideologi nasionalis yang menegaskan keunggulan bangsa Persia. "Ada beberapa Machiavellian di kalangan Iran yang memanfaatkan neo-Nazisme untuk menghidupkan kembali tren nasionalis serupa yang dilakukan Reza Syah Pahlavi ketika ia memulai kampanye untuk menghapus identitas Arab dan membuat Iran secara eksklusif Persia.
Ali mengambil contoh komunis yang awalnya menyerukan keadilan sosial tetapi sekarang mengadopsi ide-ide ekstremis nasionalis. "Sebut saja Heshmat Raeisi, dia salah satu pemimpin gerakan buruh yang paling menonjol. Kini dia mengadvokasi nasionalisme Persia di negara yang terbilang mulitetnis," papar Ali.
Ketika ditanya apakah ide-ide era Shah mendapatkan momentumnya meskipun pendiri Republik Islam Ayatollah Khomeini menentang pembagian Iran dengan garis etnis atau nasionalis, Ali mengatakan kontradiksi ini disebabkan hilangnya iman. "Ini semua terjadi karena kelemahan iman, dan hal ini menyebabkan hilangnya solidaritas," pungkasnya.
Laman Irannazi.ir ini memiliki sejumlah ruang perbincangan yang dikategorikan menurut topik pembahasan seperti, Perang Dunia Kedua, prinsip-prinsip Nazisme, dan ide dari Adolf Hitler.