REPUBLIKA.CO.ID, INCHEON--Korea Selatan memperingatkan Korea Utara adanya "pembalasan besar" jika Utara nekad melancarkan serangan lagi. Serangan Korea Utara Selasa (23/11) sore adalah serangan terbesar yang pernah dilakukan negara komunis itu usai Perang Korea berakhir pada 1953.
Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak menyatakan serangan itu adalah provokasi yang dapat menimbulkan respons yang kuat. Meskipun belum ada indikasi pembalasan segera. "Saya pikir balas dendam yang sangat besar akan diperlukan untuk membuat Korea Utara tidak mampu memprovokasi kita lagi," kata Lee dalam kunjungan ke markas militer di Seoul. Presiden juga menemui para pejabat keamanan di bunker kompleks presiden.
Seorang pejabat keuangan senior mengatakan pemerintah menggelar rapat darurat terkait dampak serangan terhadap perekonomian keempat terbesar di dunia itu. Mereka berkesimpulan perekonomian negeri gingseng tersebut dapat menahan guncangan akibat serangan Korut. Wakil Menteri Keuangan Yim Jong-yong mengatakan tindakan akan diambil jika diperlukan.
Para pejabat Korsel mengatakan mereka memperkirakan dampak pada pasar akan bersifat sementara dan analis sepakat bahwa konflik serupa dengan Korea Utara yang menyerang Selasa kemarin, memiliki dampak terbatas. Bursa saham dibuka turun 2,3 persen pada awal perdagangan Rabu (24/11) dan won Korea melemah 3,2 persen. Namun kedua indikator itu berangsur pulih.
Presiden AS Barack Obama, yang diwawancarai oleh televisi ABC, menegaskan kembali komitmen Washington untuk membela Korea Selatan. Bahwa terdapat 28.000 pasukan AS di Korea Selatan dan mengatakan ia akan berkonsultasi dengan presiden Korea Selatan sebelum mempertimbangkan tindakan apapun.
Obama juga menegaskan ia akan berbicara dengan Cina, sekutu kuat Korea Utara yang terisolir, bahwa ia harus memberitahu Pyongyang bahwa ada satu aturan internasional yang mereka harus patuhi. Korsel melakukan serangan balik pada Selasa kemarin dan menerbangkan jet tempur ke dekat perbatasan maritim yang disengketakan yakni semenanjung Korea bagian barat. Di lokasi inilah lokasi bentrokan mematikan antara dua Korea pernah terjadi di masa lalu.
Kendati sering melakukan latihan militer dekat daerah itu, namun Korsel menyatakan tidak pernah menembak ke arah Korea Utara. Pyongyang menyatakan Seoul yang memulai serangan yang menewaskan dua tentara Korea Selatan dan melukai 17 lainnya, serta tiga warga sipil. Serangan ini juga mempengaruhi gejolak di pasar finansial yang sudah resah akibat krisis utang Irlandia.