REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN--Gambia telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Republik Islam Iran atas tekanan AS. Washington juga berusaha untuk merusak hubungan antara Iran dan negara-negara Afrika, kata Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi.
"Langkah itu diambil di bawah tekanan AS dan sejalan dengan kebijakan untuk merusak hubungan Iran dengan berbagai negara, termasuk negara-negara Afrika," tambahnya seperti dilaporkan IRNA.
Menurut Boroujerdi, sejak menjabat sebagai Presiden Iran, Ahmadinejad telah menerapkan kebijakan untuk memperluas hubungan dengan negara-negara Afrika. Ditambahkannya, bagaimana pun Iran tidak memiliki hubungan tingkat tinggi dengan Gambia.
Pada hari Senin, Kementerian Luar Negeri Gambia dalam sebuah statemennya menyatakan bahwa negara itu telah memutuskan semua hubungan ekonomi, politik dan diplomatik dengan Iran dan menetapkan batas waktu 48 jam bagi para pejabat pemerintah Iran untuk meninggalkan Gambia.
"Semua program dan proyek yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan pemerintah Republik Islam Iran telah dibatalkan," tambah pernyataan itu.
"Pemerintah Gambia dengan ini meminta semua warga negara Iran yang mewakili kepentingan pemerintah Iran di Gambia untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 48 jam dari tanggal efektif ditetapkan melalui pemberitahuan yang dikeluarkan kepada pemerintah Tehran," demikian antara lain isi pernyataan Kementerian Luar Negeri Gambia.
Namun Kementerian Luar Negeri Gambia tak memberi alasan mengenai tindakan tersebut.