Ahad 28 Nov 2010 10:25 WIB

Mengintip Skenario Israel Menguasai Pasar Asia

Rep: agung sasongko/ Red: irf
Salah satu area bisnis di Tel Aviv
Foto: Arab News
Salah satu area bisnis di Tel Aviv

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSSALEM--Diam-diam menghanyutkan. Begitulah perkembangan ekonomi Israel. Ketika dunia terfokus pada bangkitnya Cina dan India sebagai kekuatan ekonomi yang baru, Israel telah menjadi surga bagi inovasi global. Bisa jadi, India dan China harus menyontek kekuatan negara Yahudi tersebut dalam hal inovasi.

Meski negara ini hanya berpenduduk 7.6 juta namun sangat berperan dalam inovasi di bidang pesan instan, pesan suara dan teknologi internet. Bahkan negara tersebut telah mengembangkan pengunaan nanoteknologi dibidang kedokteran.

Kondisi itu tentu terendus perusahan berbasis teknologi seperti Microsoft dan Intel. Masuknya perusahaan-perusahan besar tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi Israel. Data terakhir menyebutkan Israel mencatatkan diri sebagai negara dengan pendapatan per kapita di dunia yakni 30 ribu dolar AS. Israel bahkan melampaui catatan pendapatan per kapita negara-negara Arab, dan hanya kalah dari Jepang yang berada di kisaran 32. ribu dolar AS.

Namun, bisa jadi skenario yang dimaksud bergeser pada kawasan Asia. Pasalnya, benua terluas di dunia ini memiliki pasar manufaktur yang bagus. Disamping itu, Asia menawarkan tenaga kerja yang murah. Jadi, perangkat teknologi mumpuni dengan tenaga kerja murah menjadi simbiosis yang dashyat bila digabungkan.

Pengusaha Israel tentu realistis dengan kondisi dalam negeri yang tidak memungkinkan adanya investasi optimal. Lain cerita bila mereka merujuk pada Cina dan India dengan jumlah penduduk lebih besar. Perusahaan teknologi Cina mempekerjakan 9,6 juta orang di 2009 atau 2 juta lebih banyak dari seluruh penduduk Israel. Sementara India, memiliki 350 ribu insinyur pada tahun 2009 atau lebih dari tiga kali jumlah semua insinyur terdaftar di Israel. "Pada titik tertentu, kuantitas menjadi kualitas," kata Zeev Holtzman, ketua Giza Venture Capital di Tel Aviv seperti dikutip arabnews, Kamis (25/11),

Direktur Managing Partner Yerussalem Venture, Erel Margalit mengatakan Israel perlu reinvestasi diri. "Apa yang Anda lakukan 5 atau 10 tahun yang lalu tidak akan baru lagi," ujarnya. Salah satu gagasan yang kemudian muncul adalah menargetkan konsumen. Artinya, Israel pantas melirik Nokia. "Ketika sebuah negara atau perusahaan yang terfokus pada teknologi sebagai pilihan inovasi, ada batas jangkauan perusahaan untuk mencapainya kecuali jika ia fokus menjadi inovator konsumen ," kata Adam Fisher, mitra Israel dari Bessemer Venture Partners Amerika Serikat

Untuk saat ini, India dan Cina telah fokus pada perubahan pemanfaatan teknologi untuk menguasai pasar domestik melalui produk-produknya. "India dan China memiliki pasar domestik untuk memasok," kata Fisher. Dan ketika Anda memiliki itu, kata Fisher, ada sedikit alasan untuk mengembangkan inovasi mutakhir bagi AS

"Perusahaan ... Kapan mereka berhenti? Saya prediksikan hanya 20 tahun saja. Banyak lulusan teknik di India dianggap oleh majikan tidak siap untuk bekerja. Perusahan perangkat lunak raksasa seperti Infosys memulai program pelatihan intensif untuk karyawan baru," papar Fischer.

Tetapi perusahaan-perusahaan Cina juga mengembangkan teknologi dan ekspansi menuju layanan dan sistem yang merupakan lahan unggulan perusahaan asal Israel. Disamping itu, Cina melalui pasar domestik yang besar memberikan arus kas perusahaan untuk membiayai penelitian dan skala ekonomi. Untuk saat ini, Israel terus menjadi magnet bagi modal ventura yang telah membantu industri teknologi tumbuh. Sejauh ini dana ventura Isarel diperkirakan mencapai 1 miliar dolar AS tahun 2009 lalu.

Sementara itu, Dow Jones Venture Source, melaporkan pemilik modal seluruh dunia menginvestasikan hampir 904 juta dolar AS ke Israel dalam sembilan bulan pertama tahun 2010. perusahaan Cina menarik sedikit lebih dari 2 miliar dolar AS pada periode yang sama. Sementara perusahaan India menarik 710 juta dolar AS. "Modal yang dimiliki Israel harus menghadapi tantangan karena pergeseran perhatian global ke Timur," kata Holtzman.

Sementara itu, banyak perusahaan teknologi Israel menuju India. Giza mempertahankan pasar di Singapura. Ness Technologies, perusahaan layanan komputer memiliki kantor di seluruh India. "Mereka adalah pasar yang besar, Kita harus siap membuat target," kata Michael Eisenberg, salah seorang pengamat ekonomi. "Target yang harus disiapkan adalah memasuki layanan aplikasi dan permainan di internet, layanan konten internet, otomotif dan lainnya," kata dia.

sumber : Arab News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement