REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Informasi penting yang didapat dari situs pembocor dokumen rahasia Wikileaks terus bermunculan. Kali ini terkait dengan kekhawatiran Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Rusia bahwa kelompok militan Islam bisa mencuri beberapa material nuklir dari fasilitas milik Pakistan untuk dirakit menjadi senjata.
Menurut bocoran Wikileaks, Rabu (1/12), pada awal 2009 Duta Besar AS untuk Pakistan Anne Patterson kepada Washington mengatakan, "Kekhawatiran utama kami adalah pegawai di fasilitas nuklir Pakistan sedikit demi sedikit menyelundupkan bahan nuklir (untuk diserahkan ke pihak luar) yang kemudian bahan-bahan tersebut dibuat menjadi senjata," ujarnya.
Pesan rahasia lain menyebutkan, meski mengalami kesulitan ekonomi, tingkat produksi senjata nuklir Pakistan jauh lebih tinggi dari beberapa negara lain. Pesan ini tercantum dalam rapat badan intelijen AS.
India-Pakistan
Beberapa bulan kemudian, masih menurut dokumen yang dibocorkan Wikileaks, pejabat senior di Kementerian Luar Negeri Inggris Mariot Leslie kepada para diplomat AS mengatakan, Inggris sangat mengkhawatirkan keselamatan dan keamanan senjata nuklir milik Pakistan.
Pesan rahasia dari AS itu mengungkap keprihatinan atas memanasnya persaingan senjata antara Pakistan dan India. Beberapa bulan lalu duta besar AS untuk India memperingatkan bahwa India akan mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir seandanya muncul ancaman invasi dari Pakistan.
Dalam perkembangan terkait, Kementerian Luar Negeri AS telah mencabut akses militer ke salah satu bank data mereka, setelah Wikileaks membocorkan ratusan ribu kawat rahasia diplomatik.
Kementerian Luar Negeri AS mengatakan langkah ini akan mengurangi jumlah pihak yang bisa membaca pesan-pesan diplomatik. Wikileaks tidak bersedia mengungkap sumber-sumber yang membocorkan dokumen, namun seorang tentara AS telah ditahan karena diduga terlibat dalam pembocoran beberapa waktu lalu.