REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH--Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, mengakui prestasi Wakil Presiden RI periode 2005-2009, M Jusuf Kalla (JK), dalam penyelesaian damai di Aceh dan Angkor Wat, dan meminta hal itu bisa jadi model bagi negara-negara lain dalam menyelesaikan konflik.
"Beliau meminta proses perdamaian Aceh dan juga kasus Angkor Wat antara Kamboja-Thailand bisa dijadikan model oleh negara-negara lain dalam penyelesaian konflik," kata M Jusuf Kalla seusai bertemu Hun Sen di kantornya, Peace Building, di Phnom Penh, ibukota Kamboja, Rabu.
Menurut Jusuf Kalla dalam pertemuan selama 45 menit tersebut berlangsung secara santai. Hun Sen sangat antusias ketika mendengarkan penjelasan soal proses penyelesaian konflik di Aceh. Dalam pertemuan tersebut juga dibicarakan kerjasama lebih erat antara pemerintah kerajaan Kamboja dengan Indonesia.
"Hubungan Indonesia_Kamboja telah terjalin sejak lama, sejak Presiden Soekarno, bahkan perdamaian di Kamboja atas prakarsa Indonesia. karena itu PM Hun Sen meminta ditingkatkan terus kerjasama antara kedua negara," katanya.
Hun Sen juga secara tulus mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Jusuf Kalla sebagai ketua Centrist Asia Pasific Demokrats International untuk yang kedua kalinya. Hun Sen berharap dalam kepemimpinan yang kedua ini CAPDI bisa berkembang lebih baik dan maju.
Dalam pertemuan tersebut Hun Sen didampingi beberapa anggota kabinetnya dan pejabatnya, sementara Jusuf Kalla didampingi Theo L Sambuaga, Yasril Ananta B, Irish Indira Murti, Soemarsono, dan Egy Masadiah.
Jusuf Kalla berada di Kamboja selama tiga hari untuk menghadiri pertemuan CAPDI. Selain itu Jusuf kalla juga menyempatkan mengunjungi kantor Palang Merah Kamboja dan saling bertukar pengalaman dalam penanganan berbegai bencana.