REPUBLIKA.CO.ID, FREIBURG, JERMAN--Duet pemimpin Jerman dan Prancis, Jumat (10/12), berikrar melakukan apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan euro. Namun mereka tetap berdiri dengan penolakan terhadap gagasan obligasi pan-Eropa atau perpanjangan dari dana talangan sebesar 750 milyar euro.
Dua negara yang menjadi ekonomi terbesar zona eropa sekaligus 'pusat dana utama' tengah dipandang miring oleh banyak negara lain terkait seberapa bagus upaya mereka menangkal penyebaran krisis keuangan dan memaksakan dana talangan berongkos mahal.
Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, telah menggelar konsultasi rutin dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, sebelum pertemuan tingkat tinggi Uni Eropa pada pekan depan.
"Mari kita buat jelas, Kita sangat terikat kuat dengan euro," ujar Sarkozy dalam sebuah jumpa pers. "Kita akan mempertahankan euro, karena euro adalah Eropa."
"Tekad kami bulat, baik Jerman dan Prancis," imbuhnya. Ia mengatakan dua negara bersiap untuk melakukan semua langkah diperlukan untuk mempertahankan mata uang tersebut.
Isu kunci pada pertemuan pekan depan adalah penetapan mekanisme krisis permanen bagi 16 negara zona eropa yang akan diterapkan pada 2013. Merkel telah menekankan sebuah mekanisme yang akan memasukkan sebuah peraturan talangan baru, berpotensi merugikan investor swasta dalam beberapa hal.
Kebijakan dana talangan terkini sebesar 750 milyar euro--yang sebagian sedang mengalir untuk menyelematkan Irlandia--bakal berakhir pada 2013, dan Merkel menentang memperpanjang kebijakan itu tanpa perubahan.
Muncul pembahasan baru-baru ini rencana meningkatkan jumlah dana talangan, namun Prancis dan Jerman menentangnya. Merkel menegaskan, Jumat, bahwa pertanyaan itu tak 'boleh' muncul, mengingat bantuan total untuk Irlandia bahkan tidak mencapai sepersepuluh dari dana bailout.
Namun Merkel membuat pernyataan yang menghapus keraguan loyalitas Jerman terhadap Eropa. Ia mengatakan sangat penting untuk mengutamakan serikat keuangan. "Jika euro jatuh, Eropa akan jatuh," ujarnya.
Tak Melibatkan Pihak Lain
Awalnya, Italia dan Luxembourg, yang juga mengepalai blok negara-negara eropa, sempat mengusulkan bahwa gagasan obligasi pan-Eropa akan membantu pemerintahan yang sedang mengalami keuangan goyah. Namun Jerman, disusul oleh Prancis, menolak tegas ide tersebut.
"Bila itu tentang meningkatkan hutang Eropa, maka akan berefek pada siapa yang bertanggung jawab atas setiap negara," ujar Sarkozy. "Kami menginginkan sebaliknya--membuat negara-negara lebih bertanggung jawab atas diri mereka sendiri, bukan kurang bertanggung jawab."
Perdana menteri Luxembourg, Jean Claude Juncker, mengkritik penolakan Jerman terhadap gagasan itu. "Proposal kami telah ditolak bahkan sebelum dikaji," keluhnya seperti yang dikutip dalam media mingguan Jerman, Die Zeit.
"Itu sungguh sangat membuat saya terkejut," imbuhnya. "Cara menetapkan zona tabu di Eropa dan bahkan tidak melibatkan gagasan pihak lain, sangat bukan Eropa dalam menyelesaikan masalah."