REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN--Program nuklir Iran memakan korban. Menteri Luar negeri Iran, Manouchehr Mottaki, harus turun dari posisinya. Ia menjadi tumbal politik luar negeri Iran.
Analis menduga politisi Iran mempunyai peran dalam menggeser posisi Montaki. Mereka menilainya gagal mengadvokasi kepentingan Iran di kancah internasional. Khususnya terkait kebijakan pengayaan nuklir Iran.
Iran berulang kali menegaskan bahwa pengayaan uranium untuk keperluan damai. Namun dunia Barat tetap curiga ada misi membangun kekuatan militer di dalamnya. Mereka menekan Iran melalui Dewan Keamanan PBB. Hasilnya, per Juni 2010 saja Iran sudah mendapat empat kali sanksi
Namun, Ahmadinejad tetap memuji kinerja Mottaki. “Saya mengapresiasi ketekunan dan apa yang anda lakukan sebagai menteri luar negeri,” begitu bunyi surat Ahmadinejad kepada Mottaki.
Beberapa orang masuk ke dalam bursa pengganti Mottaki. Namun, semua spekulasi mengerucut pada satu nama, yaitu Ali Akbar salehi, Kepala Badan Energi Atom. Publik mengenalnya dekat dengan Ahmadinejad.
Mottaki naik menjadi menteri luar negeri tahun 2005. Penunjukannya tergolong mendadak, saat itu. Ia sedang dalam kunjungan dinas di senegal.
Karirnya sebagi diplomat cukup cemerlang. Mottaki menguasai tiga bahasa, Inggris, Urdu, dan turki. Ia juga mengantongi gelar program pasca-sarjana hubungan internasional di Universitas Iran, tahun 1991.