Senin 20 Dec 2010 19:28 WIB

Menjelang Latihan Perang Korsel, Pasukan Korut Siaga

REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL--Korea Utara meningkatkan kesiagaan militernya di kawasan pantai yang paling dekat dengan tempat latihan perang Korea Selatan, kata kantor berita Yonhap, Minggu, mengutip satu sumber pemerintah. "Satuan artileri Korea Utara meningkatkan kesiapannya," kata sumber yang tidak disebutkan namanya itu.

"Sejumlah jet tempur yang sebelumnya berada di dalam hanggar angkatan udara telah siap di lapangan," kata Yonhap mengutip sumber itu, tanpa mengkonfirmasi apakah senjata telah dipindahkan semakin dekat ke wilayah selatan.

Pada November, pasukan artileri Korea Utara melepaskan tembakan ke pulau Yeonpyeong dekat perbatasan laut yang disengketakan kedua negara itu, menewaskan empat orang -- dua marinir dan dua warga sipil -- dalam pemboman pertama ke sebuah daerah sipil sejak Perang Korea 1950-1953.

Serangan itu, yang juga melukai 15 marinir Korea Selatan serta tiga warga sipil dan menghancurkan 19 rumah, telah menambah kekhawatiran mengenai konflik di semenanjung Korea yang sudah tegang.

Korea Utara mengancam membalas lebih keras jika Korea Selatan melaksanakan rencana latihan perang di daerah itu, namun Seoul menyatakan Minggu bahwa latihan itu akan tetap berlangsung Senin dan Selasa. Yonhap mengatakan, persenjataan Korea Utara di kawasan itu mencakup senapan kaliber 76,2 milimeter dengan daya jangkau 12 kilometer dan peluncur roket ganda yang mampu menjangkau sasaran 20 kilometer.

Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat tajam sejak Korea Selatan dan AS menuduh Korea Utara mentorpedo kapal perang Seoul itu, yang menewaskan 46 orang. Korea Utara membantah terlibat dalam tenggelamnya kapal itu dan mengancam melakukan pembalasan atas apa yang disebutnya latihan perang provokatif Korea Selatan yang dilakukan sebagai tanggapan atas insiden kapal tersebut.

Latihan itu, yang melibatkan 4.500 prajurit, 29 kapal dan 50 jet tempur, merupakan salah satu dari serangkaian latihan terencana dalam beberapa bulan ini, beberapa diantaranya dilakukan dengan AS, sekutu Seoul, dalam unjuk kekuatan terhadap Korea Utara.

Kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam pada 26 Maret di dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan dengan wilayah utara pada dalam kondisi misterius setelah ledakan yang dilaporkan. Dewan Keamanan PBB mengecam penenggelaman kapal Korea Selatan itu namun tidak secara langsung menyalahkan Korea Utara, meski AS dan Korea Selatan meminta kecaman PBB terhadap negara komunis itu.

Penyelidik internasional pada 20 Mei mengumumkan hasil temuan mereka yang menunjukkan bahwa sebuah kapal selam Korea Utara menembakkan torpedo berat untuk menenggelamkan kapal perang Korea Selatan itu, dalam apa yang disebut-sebut sebagai tindakan agresi paling serius yang dilakukan Pyongyang sejak perang Korea 60 tahun lalu.

Korea Selatan mengumumkan serangkaian pembalasan yang mencakup pemangkasan perdagangan dengan negara komunis tetangganya itu. Korea Utara membantah terlibat dalam insiden tersebut dan membalas tindakan Korea Selatan itu dengan ancaman-ancaman perang.

Seorang diplomat Korea Utara mengatakan pada 3 Juni, ketegangan di semenanjung Korea setelah tenggelamnya kapal perang Korea Selatan begitu tinggi sehingga "perang bisa meletus setiap saat".

Dalam pernyataan pada Konferensi Internasional mengenai Perlucutan Senjata, wakil utusan tetap Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Ri Jang-Gon, menyalahkan "situasi buruk" itu pada Korea Selatan dan AS.

"Situasi semenanjung Korea saat ini begitu buruk sehingga perang bisa meletus setiap saat," katanya. Kedua negara Korea itu tidak pernah mencapai sebuah perjanjian pedamaian sejak perang 1950-1953 dan hanya bergantung pada gencatan senjata era Perang Dingin.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement