REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK-- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Ahad (19/12), gagal mencapai kesepakatan tentang meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea setelah pertemuan darurat.
Perbedaan di antara 15 negara Dewan Keamanan "sepertinya tidak terjembatani", kata Duta Amerika Serikat untuk PBB, Susan Rice.
Sementara itu, Duta Rusia dalam PBB, Vitaly Churkin, mengatakan perwakilannya masih menginginkan ide bagi Sekretaris Jenderal PBB, Ban KI-moon, untuk mengutus perwakilan khusus ke Pyongyang dan Seoul dalam menenangkan ketegangan yang meningkat.
"Ide bagi Sekjen PBB untuk menunjuk utusan mendapat dukungan yang besar, dan saya juga yakin ada dukungan kuat dari sejumlah anggota Dewan Keamanan. Oleh karena itu saya harap ide tersebut masih dapat dicapai," ujar Churkin.
"Karena kondisi politik saat ini berada dalam ketegangan yang amat serius dan tidak ada rencana dari sisi diplomatik," tambah Churkin yang negaranya mengajukan permintaan pertemuan darurat pada Sabtu.
Para anggota Dewan Keamanan, Ahad, memulai pertemuan mereka secara tertutup dengan singkat setelah pukul 11.00 waktu setempat dan mendengarkan uraian dari Wakil Sekjen PBB Bidang Politik, Lynn Pascoe, mengenai keadaan di Semenanjung Korea.
Churkin mengatakan pada Sabtu bahwa keadaan Semenanjung Korea "Secara langsung memberi dampak kepentingan keamanan nasional Federasi Rusia" karena Rusia berbatasan langsung dengan Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara)."
"Kami amat prihatin mengenai ketegangan yang meningkat lebih jauh di Semenanjung Korea," kata Churkin lalu menambahkan bahwa "mereka percaya Dewan Keamanan harus mengirim tanda yang menenangkan" kepada Korut dan Korsel.