REPUBLIKA.CO.ID, WINA--Tampaknya aksi pornografi di Austria telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Bagaikan bola salju, bisnis pornografi yang melibatkan anak-anak tersebut sudah merebak di 170 negara. Kepolisian negara itu telah mendeteksi lebih dari 160 alamat internet yang terlibat dalam bisnis haram tersebut.
Informasi itu diperoleh pihak kepolisian berdasarkan hasil penyelidikan dalam setahun terakhir. Sampai kini lebih dari 100 orang telah ditangkap terkait dengan pornografi anak-anak dan lima orang diantaranya yang ditahan adalah guru. Mereka dituduh telah mengakses gambar pono anak-anak dari sebuah server di Luxembourg.
Juru bicara kepolisian Federal Austria, Alexander Marakovits, Ahad (19/12)menyatakan telah bekerja sama dengan kepolisian Luxembourg untuk mengungkap kasus itu. Bahkan salah seorang yang ditahan telah mengoleksi lebih dari 20 ribu foto dan 300 rekaman video porno. Namun, pihak berwajib baru bisa menangkap 107 orang karena kebanyakan dari pelaku memperoleh informasi dari sarana internet umum seperti di warnet atau kafe.
Marakovits seperit dilaporkan BBC juga menyebutkan, aksi penangkapan ini adalah yang kedua terbesar di Austria. Dalam operasi tahun lalu, polisi menangkap hampir 190 orang dan menyita 14 ribu komputer, disket dan barang bukti lainnya.
Gambar porno yang disita antara lain memperlihatkan gambar bocah cilik berusia sembilan hingga 12 tahun dalam keadaan telanjang berasal dari AS dan Paraguay. Pengguna jaringan internet lintas negara itu telah melibatkan lebih dari seribu orang yang melibatkan sejumlah kalangan seperti pengawai pemerintah, politisi, pengacara bahkan hingga guru dan doktor.
Apa yang dilakukan kepolisian Austria itu merupakan salah satu dari upaya besar untuk menumpas bisnis pornografi di negara itu. Polisi dalam operasi yang diberi nama Sledgehammer telah mengidentifikasi 935 tersangka yang terkait jaringan internasional.
Polisi berhasil mendeteksi sebagian pelaku melalui penggunaan kartu kredit mereka saat bertransaksi terutama memperoleh akses internet. Penyelidikan itu juga melibatkan sejumlah petugas dari AS, Jerman, Spanyol dan negara lain. Pihak kepolisian juga menjalankan tugas ini secara hati-hati karena khawatir akan kesulitan menangkap pelaku dan barang bukti.
Kepala penyelidik, Harald Gremel menyatakan nama para pelaku masih dirahasiakan demi kepentingan penyelidikan, namun sebagian dari mereka sudah dinyatakan terlibat dalam bisnis tersebut.