Kamis 23 Dec 2010 03:31 WIB

Inggris-Rusia Saling Usir Diplomat

Rep: Hiru Muhammad/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Hubungan Inggris dan Rusia kembali terganggu setelah kedua negara terlibat dalam aksi saling usir diplomat mereka. Inggris terlebih dahulu mengusir seorang diplomat Rusia pada 10 Desember lalu karena diduga melakukan kegiatan spionase, sebelum Rusia mengambil langkah serupa terhadap diplomat Inggris pada 16 Desember kemarin. 

Insiden saling usir itu dikhawatirkan dapat mempengaruhi upaya yang sedang dilakukan pemerintahan Inggris saat ini yang sedang berupaya memperbaiki hubungan kedua negara. Sebelumnya hubungan kedua negara itu sempat terganggu saat kritikus Moskow, Alexander Litvinenko yang tewas di London tahun 2006. Litvinenko adalah mantan anggota dinas intelijen Rusia, KGB dan FSB yang memperoleh suaka politik di Inggris. Saat itu Inggris curiga Litvinenko tewas dibunuh pebisnis Rusia yang juga mantan anggota KGB, Andrey Lugovoy. Inggris meminta Rusia segera menyerahkan Logovoy, namun permintaan itu ditolak Moskow.

Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague seperti dikutip BBC menyebutkan 'Inggris menolak segala tudingan itu. "Kami tetap terbuka dan ingin membangun hubungan yang menguntungkan dengan Rusia dan negara lain atas dasar saling menghormati hukum setempat," kata Hague.

Sampai kini belum ada komentar resmi dari pihak Rusia terkait kasus tersebut. Awal bulan ini Rusia telah menuding Inggris yang dinilainya mengalami 'paranoid dengan spionase' menyusul terjadinya aksi penahanan terhadap Katia Zatuliveter, seorang ajudan dari politisi partai Lideral Demokrat pada komite pertahanan parlemen Inggris. Harian Sunday Times menyebutkan wanita berusia 25 tahun itu dicurigai terlibat aksi spionase dan terancam di deportasi. Rusia menilai insiden tersebut dapat mengganggu hubungan kedua negara.

Meski hubungan kedua negara terganggu karena masalah spionase, namun tampaknya hal itu tidak merubah rencana Perdana Menteri Inggris, David Cameron untuk memenuhi undangan ke Rusia tahun depan. Bahkan Hague juga telah berkunjung ke Moskow dan menteri Luar negeri Rusia juga akan bertolak ke London.

Hubungan kedua negara juga sempat terganggu saat perusahaan minyak Inggris, BP terlibat konflik bisnis dengan mitranya asal Rusia, ketika mendirikan perusahaan patungan TNK BP. Saat itu BP dituding memanfaatkan hubungan baiknya dengan pemerintah Rusia untuk meraih proyek strategis tahun 2008. Di tahun yang sama, pemerintah Rusia juga menutp sejumlah kantor perwakilan kebudayaan British Council karena dianggap ilegal. n Reuters/hir

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement