REPUBLIKA.CO.ID, Israel dikabarkan siap mengakui berada di balik aksi teror komandan senior Hamas Mahmoud al-Mabhouh di Uni Emirat Arab pada Januari lalu. Sebagaimana dilaporkan Press TV Ahad (26/12) mengutip surat kabar Daily Telegraph menyebutkan, Direktur baru Dinas Intelijen Israel (Mossad), Tamir Pardo secara pribadi akan mengeluarkan pernyataan permintaan maaf atas penggunaan paspor Inggris oleh agen-agen Mossad dalam kasus teror Mahmoud al-Mabhouh di Uni Emirat Arab.
Laporan tersebut menambahkan, Tamir Pardo juga menjanjikan kepada London bahwa Israel tidak akan pernah lagi menggunakan dokumen Inggris dalam operasi luar negeri. Meskipun agen Israel yang melakukan pembunuhan itu meninggalkan jejak bukti yang memberatkan, Tel Aviv masih berusaha keras untuk menyelamatkan Mea Culpa, salah seorang pelaku utama aksi teror itu.
Menurut Daily Telegraph, pendahulu Tamir Pardo, Meir Dagan, menolak untuk meminta maaf atas penggunaan identitas warga Inggris. Kasus pencurian identitas Inggris lewat sebuah paspor membuat negara ini mengusir kepala kantor Mossad di London pada Maret 2010.
Mabhouh tewas di kamar hotelnya di Dubai pada 19 Januari lalu, setelah ia tiba di Dubai dari Suriah. Setelah kematian misterius Mabhouh di Dubai, Uni Emirat Arab mempublikasikan foto 26 orang yang diduga terlibat dalam operasi teror pejabat Hamas.
Polisi Dubai mengatakan pembunuhan itu dilakukan oleh penyerang paling sedikit 11 orang yang membawa paspor palsu Eropa; satu Prancis, tiga Irlandia, enam Inggris, dan satu Jerman.
Seorang warga negara Prancis, diidentifikasi sebagai Peter Elvinger, diduga bertindak sebagai dalang logistik di Dubai, juga termasuk dari eksekutor teror al-Mabhouh.