Kamis 06 Jan 2011 09:49 WIB

Utusan AS & Pejabat Korsel Bahas Soal Korut

Korsel dan Korut
Korsel dan Korut

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Utusan penting Amerika Serikat soal Korea Utara, Rabu berunding dengan para pemimpin Korea Selatan yang dipusatkan pada peredaan pertikaian di semenanjung Korea, dan kemudian bertolak ke Beijing untuk berembuk dengan China. Kunjungan Stephen Bosworth itu dilakukan enam minggu setelah Korea Utara (Korut) menembaki pulau Yeonpyeong yang menewaskan empat warga Korea Selatan (Korsel) termasuk dua warga sipil dan menyebabkan ketegangan mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun belakangan ini.

Bosworth bertemu dengan ketua perunding nuklir Korsel, Wi Sung-Lac dan menteri luar negeri Kim Sung-hwan membicarakan program nuklir Pyongyang dan meredakan ketegangan yang meningkat sejak serangan November itu. Para pejabat kementerian luar negeri mengatakan Bosworth dalam perundingan itu mengatakan Pyongyang harus menunjukkan ketulusannya menyangkut perbaikan hubungan dengan Seoul jika perundingan enam negara mengenai program nuklirnya dimulai kembali.

Kim menambahkan setiap dimulainya kembali perundingan enam negara itu harus diawali dengan perundingan antara kedua Korea. Korut menolak membicarakan masalah nuklir langsung dengan Korsel, dengan mengatakan pihaknya hanya ingin berunding dengan Washington.

"Perundingan enam negara itu adalah satu kerangka kerja yang bermanfaat bagi perundingan mengenai denuklirisasi Korut tetapi untuk mencapai proses nyata melalui perundingan itu, suasana yang tepat-- termasuk perundingan-perudingan bilateral-- harus diwujudkan," kata Kim.

"Pemerintah akan tetap mendukung dialog dan sanksi-sanksi untuk mendesak Korut membuktikan kesediaannya bagi denuklirisasi melalui tindakan-tindakan," katanya.

Setibanya di Seoul, Selasa, Bosworth mengusulkan diselenggarakan "perundingan yang serius" sebagai satui strategi pokok untuk menghadapi negara komunis itu. Ia mengatakan AS ingin melihat ketegangan mereda antara dua Korea, berhentinya provokasi Korut dan satu keseriusan tujuan dengan menghormati kewajiban berdasarkan perjanjian tahun 2005 mengenai denuklirisasi.

Bosworth dan Wi sepakat bahwa program pengayaan uranium Korut layak mendapat tanggapan keras masyarakat internasional, kata para pejabat kementerian luar negeri. Korut bersikeras fasilitas nuklirnya hanya bertujuan untuk bahan bakar bagi reaktor air ringan yang dibangun untuk memproduksi listrik.

sumber : ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement