Kamis 06 Jan 2011 10:34 WIB

'Dedengkot' Pemberontak Komunis Filipina Dibekuk

Bendera Filipina
Bendera Filipina

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA--Pasukan keamanan menembak dan menahan seorang gerilyawan senior Maois setelah gencatan senjata berakhir, yang melemahkan kepemimpinan pemberontak dan menimbulkan pertanyaan tentang perundingan perdamaian bulan depan. Tirso Alcantara, anggota biro politik partai komunis yang juga mengendalikan Tentara Rakyat Baru (NPA) ditangkap Selasa malam di provinsi Quezon, selatan Manila, ketika berusaha melewati satu pos pemeriksaan.

Kolonel Generoso Bolina, juru bicara militer, mengatakan penahanan itu akan mengganggu rencana-rencana Maois untuk melancarkan serangan sebagai satu jalan menigkatkan posisi mereka dalam perundingan perdamaian yang akan dimulai kembali bulan depan di Oslo, ibu kota Norwegia. "Ini merupakan satu pukulan berat bagi moral pemberontak NPA. Ia merancang rencana-rencana militer dan arahan-arahan," kata Bolina, menyebutkan Alcantara yang juga dikenal dengan panggilan Ka (Komrad) Bart, sebagai pemimpin pemberontak paling tinggi yang ditangkap dalam empat tahun belakangan ini.

Pada Sabtu, seorang pemimpin Maois, Edwin Brigano, ditangkap ketika mengunjungi keluarganya di pulau Mindanao, Filipina selatan. Seorang juru bicara NPA mengatakan penahanan itu dapat mengancam bagi dimulainya kembali perundingan-perundingan perdamaian bulan depan. NPA tidak bisa dihubungi, Rabu untuk diminta komentar mengenai penahanan Alcantara.

Pemberontak Maois melancarkan pemberontakan sejak tahun 1960-an untuk menggulingkan pemerintah Filipina. Konflik itu menewaskan 40.000 orang dan menghambat pembangunan daerah-daerah pedesaan yang kaya sumber alam tetapi miskin negara itu. Para pengamat mengatakan keputusan Maois untuk kembali melakukan perundingan-perundingan perdamaian setelah terhenti lebih dari lima tahun dengan tujuan untuk menjamin mereka tidak kehilangan dukungan dan ada kaitannya dengan satu pemerintah rakyat, bukannya mengakhiri pemberontak mereka.

Komandan polisi provinsi Quezon, Ericsson Velasquez mengemukakan kepada Reuters bahwa Alcantara, yang dikenakan perintah penangkapan atas tuduhan-tuduhan pembunuhan, ditahan karena memiliki senjata-senjata dan bahan peledak tanpa izin. "Ia ditembak di pantat ketika berusaha melawan saat akan ditahan," kata Velasquez dan menambahkan Alcantara meninggalkan rumahnya di Kota Lucena beberapa menit sebelum satu operasi tentara dan polisi.

sumber : ant/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement