Jumat 14 Jan 2011 20:33 WIB

Meski Jam Malam Diberlakukan, Tunisia Tetap Tak Terkendali

Demonstrasi yang berakhir rusuh di Tunisia
Foto: AP
Demonstrasi yang berakhir rusuh di Tunisia

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS--Seorang pria berusia 25 tahun tewas tertembak dalam bentrokan dengan polisi tadi malam di sebuah kawasan di Tunis. Demikian dilaporkan dua saksi mata dan sepupu pria tersebut. Sementara pihak pemerintah Tunisia mengatakan belum ada keterangan tentang hal itu.

Rabu kemarin meskipun diberlakukannnya jam malam, kembali terjadi berbagai protes menentang Presiden Zine el Abidine Ben Ali. Suara sirene ambulans melintasi jalan-jalan di ibukota Tunis, sejumlah pos polisi dibakar. Dan di pusat kota Tunis, ratusan demonstran berkumpul.

Demonstrasi semacam itu hal yang tidak biasa di Tunis. Guru-guru, kaum intelektual dan seniman yang juga ikut berdemonstrasi, tidak luput dari sasaran gas air mata yang dikerahkan aparat keamanan dalam menghadapi para demonstran.

Situasi yang membuat takut para pejalan kaki dan membuat toko-toko tutup. Suasana yang sejak 20 tahun terakhir tidak terlihat di Tunis.  Rabeh Khreifi, seorang pengacara dari Tunis mengatakan di televisi Perancis bahwa kebencian pada pemerintah telah mencapai puncaknya.

Di luar ibu kota, protes terus berlanjut. Di kota provinsi Sidi Bouzid saksi mata melaporkan ribuan orang turun ke jalan dengan slogan-slogan anti pemerintah. Di Sidi Bouzid Desember lalu, seorang pria muda yang membakar dirinya yang kemudian memicu aksi demonstrasi kekerasan di Tunesia.

Sementara itu di sejumlah kota rumah-rumah dibakar, toko-toko dirampok, dan di berbagai sekolah dan universitas Rabu kemarin tidak ada aktivitas.

Hamma Hammami pimpinan Partai Komunis yang tidak diakui di Tunisia dalam wawancara surat kabar mengatakan, gerakan itu lebih kuat dari rezim dan dapat menyebabkan tergulingnya rezim tersebut. "Kami hanya belum tahu kapan," ujarnya.

sumber : Reuters, DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement