REPUBLIKA.CO.ID, Lagi-lagi, Rusia menunjukkan keberpihakannya kepada Iran, ditengah 'gempuran' dunia barat. Dengan tegas, Rusia mengecam ancaman sanksi lebih keras atau penggunaan aksi kekerasan terhadap Iran, karena dinilainya hal tersebut kontraproduktif.
Moskow bersikeras bahwa kebuntuan atas program nuklir Iran hanya dapat diselesaikan melalui cara-cara diplomatik. Hal itu dikemukakan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dalam konferensi persnya di Moskow Kamis (13/1). Ia memperingatkan aksi-aksi nekat terhadap program nuklir sipil Republik Islam Iran. Ia menilai seruan Amerika Serikat untuk meningkatkan tekanan terhadap Tehran dan rencana Israel untuk menyerang akan berdampak "kontraproduktif."
Pada hari Selasa (11/1), Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengusulkan opsi militer terhadap Iran dalam upaya memaksa Tehran menghentikan
program nuklirnya. Di lain pihak, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, berusaha untuk menggalang dukungan dari negara-negara tetangga Iran untuk lebih memberlakukan sanksi yang disponsori Washington atas Tehran, saat memulai turnya ke negara-negara Timur Tengah pekan ini.
Pernyataan-pernyataan bombastis dari AS dan Israel itu muncul di saat Delegasi Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Ali Asghar Soltanieh Selasa (11/1) menyatakan bahwa sejumlah delegasi yang mewakili "kelompok geografis dan politik anggota IAEA di Wina telah diundang untuk meninjau fasilitas pengayaan uranium Natanz dan reaktor air berat Arak."
Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Rusia, menyambut hangat undangan Iran itu dan menilainya patut diperhatikan.