REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON--Tambang batu bara, Pike River, di Pesisir Barat Pulau Selatan, Selandia Baru, lokasi tragedi ledakan yang menewaskan 29 penambang akan ditutup. Menurut Perdana Menteri Selandian Baru, John Kei, kemungkinan penemuan sejumlah 29 jenazah yang tewas amat kecil atau pun tidak ada dalam waktu dekat.
Key sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah berkeinginan penuh untuk memindahkan jenasah ke-29 penambang dan pekerja untuk memberikan kepuasan kepada para keluarga. Namun, pada Jumat (14/1) akhirnya ia mengatakan bahwa segala kemungkinan telah dilakukan untuk menemukan sisa jenasah penambang yang tewas akibat ledakan di dalam tambang pada November 2010.
Dia mengatakan bahwa hal itu tidak berhubungan dengan keuangan. Jika biaya yang menjadi masalah, upaya penyelamatan tetap dilanjutkan.
Kerabat beberapa penambang mengatakan keputusan polisi untuk menghentikan operasi penyelamatan terlalu dini. Mereka pun merusak segel penutupan.
Komisaris Polisi Selandia Baru, Howard Broad ,sebelumnya mengatakan operasi tersebut selama ini telah menghabiskan lima juta dolar Selandia Baru atau setara dengan 3,8 juta dolar AS.
Kecelakaan tersebut menewaskan 29 penambang dalam serangkaian ledakan yang dimulai pada 19 November 2010 dan tambang batu bara Pike River mulai diawasi pada 13 Desember 2010.