REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS--Presiden Tunisia, Zine el Abidine Ben Ali, mengatakan, Kamis (13/1) malam bahwa ia tak akan mencalonkan diri lagi untuk pemilu 2014 sebagai upaya menenangkan pertikaian yang telah melanda negerinya selama beberapa pekan. Dalam pidato yang ditayangkan secara nasional, Ben Ali, yang telah menjadi kepala negara selama lebih dari 23 tahun, menyatakan tak akan terjun dalam pemilu presiden ketika masa tugasnya habis.
Ia juga mengatakan tidak akan mengubah undang-undang negara itu, yang awalnya hendak diubah demi melegalkan dirinya menjabat lebih lama. Pernyataan mengejutkan itu keluar beberapa jam setelah dua pria ditembak dalam bentrok antara demonstran dan polisi di Sliman, kota berjarak sekitar 40 kilometer di selatan ibu Kota, Tunis.
Ben Ali, 47 tahun, memerintahkan pasukan keamaan untuk menghentikan tembakan senjata ke arah pengunjuk rasa. Ia mengatakan lonjakan drastis harga pangan meliputi gula, susu dan roti telah membuat marah rakyat, akan segera diturunkan. Ia bahkan juga menjanjikan kebebasan untuk pers. Selama ini tentara telah mengeblok sejumlah situs-situs yang rajin mengkritik pemerintah.
"Saya memahami rakyat Tunisia, saya memahami tuntutan mereka," ujarnya dalam pidatonya yang terdengar emosional. "Saya sedih dengan apa yang terjadi saat ini setelah 50 tahun melayani negara, militer dan semua pos berbeda dan 23 tahun sebagai presiden." Ia menegaskan tidak bisa lagi menerima satu lagi darah rakyat Tunisia ditumpahkan.
"Saya pernah berkata pada 1987, tidak ada presiden seumur hidup," ujarnya. "Kini saya ulangi lagi, tak ada masa jabatan presiden seumur hidup. Saya menolak untuk mengubah undang-undang. Saya tidak akan mengubah usia jabatan presiden dalam konstitusi."
Namun masih belum jelas, apakah janjir Ben Ali untuk turun dalam tiga tahun mendatang akan diterima lapang dada oleh pengunjuk rasa di jantung propinsi. Atau apakah penentangnya bakal mencoba memaksa ia keluar segera. Pasalnya kini pun tak ada kandidat nyata yang cukup kuat untuk menggantikan presiden yang telah mendominasi kehidupan politik Tunisia dan menggeser rival-rivalnya ke tepi.
Menanggapi pidato Ben Ali, pemimpin oposisi, Partai Progresif Demokratik, Najib Chebbi, menyambut keputusan itu. "Ini adalah jawaban yang kita minta untuk waktu lama dan ini sangat baik bahwa ia berjanji tidak mencalonkan diri lagi untuk pemilu," ujarnya. "Namun yang perlu dipikirkan ialah bagaimana semua ini akan dijalankan dan saya mendesak pembentukan pemerintah koalisi. Kebijakan baru dalam pidato itu bagus dan kami menunggu detail konkretnya."