REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS--Polisi Tunis dengan menggunakan gas air mata, Selasa (18/1) untuk membubarkan satu protes di ibu kota Tunis terhadap kabinet sementara yang diumumkan setelah mantan pemimpin Zine bin Abidine Ben Ali digulingkan pekan lalu.
Para saksi mata mengatakan protes yang diikuti ratusan orang terutama para pendukung partai oposisi dan serikat-serikat buruh itu berlangsung damai namun tetap dibubarkan polisi. "Pemerintah baru itu adalah akal-akalan. Itu adalah satu penghinaan terhadap revolusi yang telah menelan korban jiwa dan berdarah," kata mahasiswa Ahmed al Haji.
Perdana Menteri Tunisia, Mohamed Ghannouchi, mengumumkan pemerintah baru pada Senin beranggotakan beberapa muka lama dari pemerintah presiden yang disingkirkan dan tiga pemimpin oposisi.
Perdana menteri bersama dengan menteri-meteri pertahanan, luar negeri, dalam negeri dan keuangan tidak berubah. Hampir semuanya anggota partai RCD, pendukung kuat 23 tahun kekuasaan Ben Ali.
Para pemrotes mengatakan mereka tidak menginginkan para tokoh partai RCD dalam pemerintah baru itu. Beberapa di antara mereka membawa spanduk-spanduk bertuliskan "Turunkan RCD".
"Ini adalah satu protes damai dan lihat apa yang terjadi," kata pemrotes Sami bin Hassan. "Masalah dengan pemerintah sementara adalah pemerintah itu memiliki sejumlah menteri dari pemerintah lama. Saya kira tidak ada kemajuan apapun karena rezim lama itu adalah diktator."
Ben Ali lari ke Arab Saudi pekan lalu setelah berminggu-minggu unjuk rasa rakyak yang belum pernah terjadi sebelumnya memprotes kemiskinan, korupsi dan penindasan politik di negara Afrika Utara yang berpenduduk 10 juta jiwa itu.