Rabu 19 Jan 2011 10:53 WIB

Tampar Israel, Rusia Dukung Negara Palestina

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas (kanan) dan Presiden Rusia, Dimitri Medvedev, dalam konferensi pers gabungan di kota Jericho, Tepi Barat, Selasa (18/1/2010)
Foto: AP PHOTO
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas (kanan) dan Presiden Rusia, Dimitri Medvedev, dalam konferensi pers gabungan di kota Jericho, Tepi Barat, Selasa (18/1/2010)

REPUBLIKA.CO.ID, JERICO, Wilayah Palestina - Presiden Rusia Dmitrey Medvedev mengkonfirmasikan pada Selasa (18/1) bahwa negaranya berkomitmen mendukung pembentukan negara Palestina merdeka dengan Jerusalem sebagai ibukota dari negara tersebut. Hal itu disampaikan dia saat, mengunjungi Tepi Barat kemarin.

Ia juga menegaskan bahwa Israel harus menunda proyek pembangunan permukiman sebelum pembicaraan perdamaian disepakati. Dalam jumpa pers bersama dengan Kepala Otorira Ramallah di Jericho, Tepi Barat Sungai Jordan, Selasa (18/1) kemarin, Presiden Rusia Dmitry Medvedev menekankan soal pembentukan negara Palestina merdeka dengan batas wilayah tahun 1967. Medvedev menyatakan bahwa Rusia mendukung pelaksanaan program ini.

Ia mengatakan, "posisi Rusia terhadap isu negara Palestina tidak pernah berubah akan tetap sama."

Dalam pernyataannya, Presiden Rusia mendesak Israel untuk menghindari langkah-langkah unilateral dan komitmen dengan resolusi dan ketetapan internasional demi mewujudkan perdamaian. Medvedev mengumumkan dukungannya kepada hak bangsa Palestina untuk mendirikan negara merdeka dengan al-Quds sebagai ibukotanya.

Pada kesempatan itu, ketua Otorita Ramallah Mahmud Abbas menyatakan bahwa Rezim Zionis Israel harus menghentikan pembangunan proyek permukiman dan mentaati resolusi dan ketetapan internasional. Abbas menuduh Israel menjalankan program yang dimaksudkan untuk mengubah identitas dan demografi kependudukan Beitul Maqdis.

Lebih lanjut, Mahmoud Abbas menyebut blokade atas Jalur Gaza sebagai tindakan kejam. Abbas meminta Israel untuk menghentikan blokade ini.

sumber : Arab News/IRIB/AHF
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement