REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat, Rabu (20/1) mendesak pemerintah sementara Tunisia untuk beralih ke demokrasi sejati. AS juga berjanji untuk membantu setelah pemberontakan rakyat yang menggulingkan orang kuat Zine El Abidine Ben Ali.
"Orang-orang Tunisia telah berbicara. Pemerintah sementara harus membentuk transisi sejati menuju demokrasi. Amerika Serikat akan membantu," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Philip Crowley, dalam pernyataannya di laman mikroblog Twitternya.
Presiden Tunisia Foued Mebazaa sebelumnya menjanjikan putus hubungan total dengan masa lalu dan memuji "sebuah revolusi yang bermartabat dan kebebasan. Pernyataan itu diungkapkannya pada saat jaksa penuntut umum membuka penyelidikan besar terhadap masa kepresidenan Ben Ali.
Penyidik akan memeriksa aset-set domestik dan luar negeri secara ekstensif yang dimiliki oleh mantan pemimpin itu. Ben ALi mengundurkan diri tiba-tiba pada Jumat lalu dan melarikan diri ke Arab Saudi setelah gelombang protes jalanan terhadap rezimnya.
"Bersama kita bisa menulis halaman baru dalam sejarah negara kita," kata Mebazaa dalam satu pidato kepada bangsanya. Ia juga berjanji untuk memastikan amnesti bagi para tahanan politik, kebebasan media dan peradilan yang independen.