REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS - Warga Tunisia telah memberlakukan masa berkabung selama tiga hari sebagai bentuk penghormatan terhadap korban tewas kerusuhan yang terjadi beberapa hari lalu. Menurut pemerintah, sedikitnya 78 orang dilaporkan tewas dalam aksi berdarah menumbangkan kekuasaan Presiden Zine al-Abidnie Ben Ali.
Namun, PBB menyebutkan jumlah korban tewas mencapai kisaran 100 orang setelah aparat keamanan Tunisia berupaya membubarkan para demonstran. Aksi kekerasan di negara bekas jajahan Prancis itu pecah setelah terjadi aksi bunuh diri yang dilakukan seorang pria di Tunisia 17 Desember silam.
Pengumuman masa berkabung itu disampaikan pemerintahan baru yang terbentuk ketika menggelar pertemuan kabinet yang pertama. Namun, pemerintahan baru Tunisia masih menuai protes dari masyarakat karena dalam tubuh pemerintahan tersebut masih terdapat pejabat dari pemerintahan lama, serta partai Constitutional Democratic Rally (RCD). Hal itu telah memaksa sejumlah menteri kabinet baru mengundurkan diri.
Menurut BBC pemerintahan baru Tunisia dikabarkan telah membebaskan sejumlah tahanan politik. Pemerintahan baru juga menyebutkan akan menggelar pemilu yang bebas dan terbuka dalam enam bulan ke depan sesuai konstitusi.