REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Ketua delegasi perundingan Iran dalam pembicaraan nuklir di Istanbul Saeed Jalili mengatakan pihaknya siap melanjutkan pembicaraan nuklir berdasarkan akal sehat sebagai penghormatan terhadap hak semua bangsa.
Jalili mengatakan hal itu setelah berakhirnya pertemuan dengan enam negara besar, Inggris, China, Amerika Serikat, Prancis, Jerman, dan Rusia (P5+1), pada Sabtu (22/1) di Istanbul, Turki.
"Pembicaraan harus berdasarkan pada akal sehat, jika tidak hal itu akan berbalik menjadi pendiktean yang tidak dapat dianggap sebagai negosiasi," katanya seperti dikutip oleh kantor berita Iran, IRNA.
"Dalam hal ini, ditetapkan hal yang tidak sesuai dengan budaya pemerintah dan negara. Pada pertemuan Jenewa ditetapkan bahwa pembicaraan P5+1 dengan iran akan berlanjut di Istanbul dengan alasan bahwa kami yakin bahwa pembicaraan tingkat internasional dapat dilakukan di tempat kelahiran kebudayaan Islam," kata Jalili.
Jalili mengatakan bahwa salah satu masalah yang selalu ditekankan oleh Iran adalah negosiasi bisa sukses dan membuahkan hasil bila prosesnya didasari oleh akal sehat.
"Kedua pihak meminta ketaatan terhadap hak bangsa yang terlegitimasi serta mencegah pelanggaran terhadap hak mereka," katanya.
Ia menegaskan bahwa pembicaraan yang berlandaskan akal sehat akan menjadi suatu hal yang konstruktif.
Jalili juga mengatakan kehadirannya dalam pembicaraan itu merupakan upaya untuk mencegah meluasnya sikap permusuhan dari negara lain terhadap Iran.
Sebelumnya ketua delegasi Barat dalam perundingan, Catherine Ashton, mengatakan bahwa pembicaraan Istanbul tersebut berakhir tanpa kemajuan tidak ada rencana pembicaraan lanjutan yang disepakati kedua pihak.
Pertemuan itu merupakan pembicaraan babak kedua Iran dan negara kuat dunia setelah pembicaraan yang dimulai kembali pada bulan lalu di Jenewa, mengakhiri 14 bulan masa hiatus dalam upaya diplomatik untuk mengakhiri sengketa terkait program nuklir Iran itu.