Ahad 23 Jan 2011 16:19 WIB

Banjir & Tanah Longsor di Filipina, 68 Tewas

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA - Jumlah orang yang tewas akibat banjir dan tanah longsor di beberapa bagian di Filipina meningkat menjadi 68 orang, sedangkan 26 lainnya dilaporkan hilang, menurut Dewan Manajemen dan Penanggulangan Risiko Bencana Alam (NDRRMC) Filipina Sabtu (22/1). Sekitar 378.000 keluarga atau 1,9 juta orang dari 2.115 desa atau 181 kotapraja dan 17 kota di 25 provinsi, di wilayah-wilayah berlainan, telah dilanda banjir dan insiden tanah longsor itu.

Dewan Manajemen dan Penanggulangan Risiko Bencana Alam mengatakan bahwa banjir dan tanah longsor telah merusak lahan pertanian, infrastruktur dan properti swasta senilai 1.785 miliar peso (40 juta dolar AS). Musim hujan yang berlangsung di timur laut meliputi Luzon bagian utara dan tengah dan membawa udara dingin di selatan Luzon, Visayas dan Mindanao yang dimulai pada 29 Desember, memicu terjadinya hujan sedang atau lebat serta dan banjir, selain juga tanah longsor di beberapa bagian negara.

Kementerian pertanian Filipina Jumat mengatakan, produksi beras Filipina, eksportir terbesar padi-padian dunia, tahun lalu anjlok pada saat pertanian di negara itu dihantam oleh kekeringan dan topan. Biro Statistik Pertanian kementerian itu mengatakan, cuaca buruk juga menyebabkan penurunan produksi kelapa, ekspor utama di sektor ini.

Produksi padi-padian terpukul oleh hujan yang lebih buruk dari yang diperkirakan pada sembilan bulan pertama 2010, dengan produksi gabah turun 3,04 persen dari tahun sebelumnya menjadi 15.770.000 ton, menurut biro itu di dalam sebuah laporan. Topan Megi menghancurkan sekitar setengah juta ton beras ketika melanda sebelum panen pada Oktober, yang juga menewaskan 36 orang, sementara Topan Conson juga melanda negara, menewaskan 111 orang.

"Fenomena El Nino yang melanda negara itu tahun ini telah merugikan dan mempengaruhi kinerja sektor-sektor produksi," tambahnya.

Kemarau panjang yang diikuti oleh topan juga menghancurkan tanaman kelapa, dan menyebabkan hasilnya mengalami penurunan hampir satu persen, tambah biro. Secara keseluruhan, kontraksi sektor pertanian mencapai 0,12 persen, ujarnya. Namun, Minda Mangabat, kepala unit statistik biro padi-padian mengatakan, hasil panen harus naik pada semester pertama dengan hujan berlimpah lebih luas serta disamping perluasan lahan pertanian padi yang mendekati 10 persen.

"Jumlah produksi gabah pada Januari-Juni 2011 dapat mencapai 7,64 juta ton, 15,4 persen di atas tingkat tahun lalu sebesar 6,62 juta," kata Mangabat dalam laporan tertulisnya.

Kementerian melakukan konsultasi dengan Otoritas Pangan Nasional, para pedagang biji-bijian negara, untuk menentukan apakah target impor beras tahun ini akan terpengaruh, kata Mangabat menammbahkan. Kepala badan impor biji-bijian, Angelito Banayo, mengatakan 10 hari sebelumnya ibahwa pihaknya berencana untuk mengurangi impor gandum tahun ini secara tajam karena sudah banyak beras di gudang-gudang penyimpanan.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement