REPUBLIKA.CO.ID, Baru saja menjabat, Kepala Intelijen Israel yang baru Brigjen Aviv Kochavi sudah mengejutkan negaranya. Bagaimana tidak, ditengah gencarnya dunia Barat menuding Iran mengembangkan program nuklirnya, ia malah menyatakan kalau negeri mullah itu tidak mengembangkan senjata pemusnah masal.
Hal itu dikatakan dia pada pertemuan anggota Parlemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan Israel, Selasa (25/1) kemarin, seperti dikutip AFP. Namun, ia mengatakan, Iran juga dapat memproduksi bom (nuklir) dalam setahun -- tuduhan yang selalu ditolak Teheran.
Kochavi menilai bahwa saksi yang diberikan dunia Barat kepada Iran selama ini tidak berfungsi. Ia juga mengapresiasi mundurnya kesepakatan antara Iran dengan Amerika Serikat terkait sanksi Nuklir, yang bakal membuat Iran terluka.
Lebih jauh, ia menekankan, Iran, yang melakukan pengayaan 20 persen uranium, akan mulai melakukan pengayaan 90 persen uraniumnya untuk membuat bom (nuklir). Para pejabat Iran membantah apa yang dituduhkan dunia Barat selama ini, terkait program nuklir.
Para pejabat tersebut, justru balik menuding Barat menerapkan standar ganda, terutama Israel, yang dinilainya mengambangkan senjata pemusnah massal. Teheran mengatakan program nuklirnya hanya untuk pembangkit tenaga listrik dan kesehatan.
Iran sendiri telah menandatangai Traktat non proliferasi Nuklir (NPT) dan karenanya memilikik hak untuk melakukan pengayaan terhadap uraminum, yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar. Sementara Tel Aviv tidak menandatangani NPT.
Badan Tenaga Atom Internasional juga telah memeriksa terhadap fasilitas nuklir Iran, tetapi hingga saat ini tidak pernah menemukan bukti-bukti yang dapat menunjukkan bahwa Iran dalam program nuklir Iran juga mengembangkan senjata pemusnah massal.