REPUBLIKA.CO.ID, Kelompok oposisi Islam Yordania menyerukan protes baru melawan kebijakan pemerintah, dan mengatakan akan terus maju berkampanye untuk memaksa reformasi politik dan ekonomi. Ikhwanul Muslimin, salah satu kelompok oposisi terbesar di Yordania, Rabu (26/1) kemarin mengajak rakyat Yordania turun ke jalan untuk memprotes kebijakan ekonomi Perdana Menteri Samir Rifai dan situasi politik kerajaan.
"Kami akan menggelar unjuk rasa di Yordania setelah shalat Jumat untuk menuntut perbaikan kondisi hidup serta reformasi politik dan ekonomi," kata juru bicara Ikhwanul Muslimin Jamil Abu Baker kepada kantor berita AFP. Ditegaskannya kegiatan tersebut akan berlanjut sampai tuntutan mereka dipenuhi.
Dalam dua minggu terakhir, ribuan Yordania melancarkan aksi protes damai di ibukota Amman dan kota-kota lain, menyerukan reformasi politik dan ekonomi. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan mengecam reformasi ekonomi perdana menteri Rifai. Mereka menilai kebijakan Rifai justru menyebabkan harga pangan dan bahan bakar membumbung tinggi dan meningkatkan pengangguran dan kemiskinan.
Para demonstran juga menuntut agar perdana menteri secara demokratis dipilih daripada ditunjuk oleh Raja. Terinspirasi oleh revolusi Tunisia, Yordania mengatakan mereka akan menekan Rifai dan pemerintahannya supaya mengundurkan diri.
Menyikapi eskalasi tekanan rakyat, Raja Yordania Abdullah II kemarin menekankan perlunya program reformasi politik dan ekonomi di negara itu untuk menangani keluhan masyarakat. Menanggapi gelombang protes massa anti-pemerintah, perdana menteri Yordania mengumumkan kenaikan gaji bagi pegawai negeri sipil serta pensiun karyawan dan perluasan program subsidi negara.