Kamis 27 Jan 2011 20:47 WIB

Barack Obama Musuh Arab dan Umat Islam?

Obama
Obama

REPUBLIKA.CO.ID,Orang harus kuat ingatan bila ingin mengasumsikan sebuah sikap politik jika mau belajar dari kesalahannya. Adapun nilai amanat, kejujuran dan hati nurani hanya faktor lain agar kekuatan ingatan itu membantunya untuk mengetahui dirinya bersalah.

Misalnya, asumsi sikap politik presiden Amerika Barack Obama pada saat kampanye dan sikapnya sesudah terpilih. Pada saat janji dilontarkan, ada harapan positif perubahan sikap kepada Palestina, Arab dan umat Islam. Apalagi jika dilihat keturunannya seorang ayah bernama Husain, paling tidak ada bekas dalam dirinya dalam sikap terhadap Islam dan Umat Islam.

Namun sebagian kecil tidak memiliki harapan baik sedikitpun terhadap Obama. Bahkan mereka memprediksi Obama adalah presiden terburuk Amerika yang pernah ada. Sebab Obama adalah bagian dari institusi Amerika dan pendukung fanatik. Kalau tidak demikian, tidak mungkin ia mencalokkan menjadi presiden karena warna kulit dan keturunannya. Instansi pemerintah Amerika tidak akan lalai.

Soal janji-janji kandidat, kebanyakan tidak bisa dijadikan dasar dan harus dianalisis. Pidatonya di depan AIPAC yang merupakan tulang punggung lobi yahudi Amerika adalah bukti bahwa dia zionis asli sampai ke tulang-tulangnya.

Bagaimana pembuktian prediksi ini? Kita memiliki masa waktu dua tahun pemerintah Obama. Sudah jelas tanpa ragu, Obama adalah presiden Amerika paling buruk dan paling keras permusuhannya terhadap Arab dan Umat Islam. Sikap Obama “sangat kental zionisnya” terhadap isu Palestina.

Sejak awal, Obama meluaskan perang permusuhannya ke Afganistan melebihi wilayah-wilayah yang dijangkau oleh pendahulunya hingga ke Pakistan. Di masa pemerintah Obama, Pakistan mengalami ancaman besar berupa disintregasi, perang saudara dan jatuhnya korban sipil.

Di Irak, Obama melanjutkan langkah pendahulnya untuk semakin mengukuhkan upaya memecah belah, menguasai pemerintahan, mencengkramkan militernya serta kejahatan perangnya di penjara-penjara milik militer Israel.

Soal Palestina, Obama menegaskan, “Palestina yang historis adalah tanah air historis milik bangsa yahudi.” Wakilnya Joe Bidden menegaskan, “Israel menciptakan keajaiban di padang pasir”. Dengan demikian, Obama adalah presiden Amerika pertama yang mengingkari hak asal Palestina dan Arab serta Islam secara hisroris di Palestina.

Kemudian wakilnya, menegaskan cerita bahwa Palestina adalah padang pasir tandus tanpa bangsa ketika dihuni oleh bangsa Yahudi di bawah perang penjajahan Inggris. Kemudian yahudi itu dianggap mendirikan masyarakat dan bangsa. “Negara Israel sebagai negara yahudi” juga sudah menjadi politik resmi dan permainan pemerintah Amerika pimpinan Obama.

Lebih berbahaya lagi dari sisi praktik pemerintah Amerika sebab pemerintah Obama justru memperkuat kesepakatan keamanan Amerika – Israel dalam menguasai Tepi Barat, memberangus perlawanan Palestina dan rakyatnya di sana.

Kesepakatan ini disempurnakan dengan membuat kesepakatan dengan perusahaan yang menginduk kepada group perusahaan Black Water untuk menguasai keamanan Tepi Barat. Mereka adalah orang yang berprofesi membunuh dan melakukan segala yang tidak berani dilakukan oleh militer Israel. pemerintah Obama saat ini sudah menjadi partner dalam menjajah Tepi Barat.

Siapapun yang merefleksi politik pemerintah Obama pekan-pekan terakhir tahun lalu atau dua pekan pertama tahun ini maka ia akan menemukan Obama adalah musuh bahaya bagi Arab dan umat Islam.

Di Sudan, Obama pernah eksekutor disintregasi wilayah selatan dari wilayah utara. Dia langsung mengutur delegasi khususnya ke Darfur untuk memulai strategi disintregasi utara Sudah menjadi beberapa negara. Dari sana kemudian mereka hendak melaju ke Mesir untuk memecah belah negeri itu.

Pengeboman di gereja Qiddisin di Iskandariah dijadikan Obama sebagai pintu masuk mengacak-acak Mesir dan menfitnah antara Kristen dan umat Islam di Mesir, seperti di Irak dimana orang Kristen diprofokasi agar keluar dari sana.

Di pekan yang sama, Menlu Amerika Hillary Clinton pergi ke Yaman untuk menekan agar mengadopsi politik-politik yang bisa meledakkan dari dalam.

Di pekan yang sama pula, Clinton menekan pengeran Saudi Raja Abdullah agar mundur dari prakarsa Saudi – Suriah yang bertujuan menghindarkan Libanon dari perang saudara dengan konpensasi akan membebaskan tuduhan dari Mahkamah Internasional.

Obama di sini bekerja memasukkan Libanon dalam krisis politik dan perang saudara serta chaos akut dalam rangka mendukung politik zionis setelah gagal telak dalam perang Juli 2006.

Lantas mau dibilang apa soal Obama setelah bukti-bukti ini? Padahal yang tidak terlihat di permukaan lebih besar. (Munir Syafiq)

sumber : info palestina
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement