REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Utara Jumat (28/1) membuat seruan terbaru untuk perundingan dengan Korea Selatan guna mengurangi apa yang disebut bahaya perang, dan menyerukan Seoul untuk membuang "rasa was-was dan prasangka yang tidak berguna". Front Demokratik untuk Reunifikasi Tanah Air yang mengusulkan dialog antara legislator dari kedua belah pihak "untuk menyelesaikan situasi suram yang terjadi antara Utara dan Selatan".
Kedua pihak telah sepakat pada prinsipnya untuk mengadakan pembicaraan militer, dalam kontak pertama mereka sejak Korea Utara melakukan serangan pulau perbatasan Korea Selatan, Yeonpyeong, pada 23 November - yang menewaskan empat orang termasuk dua warga sipil. Korea Selatan menanggapi dingin terhadap usulan terbaru itu, dengan mengatakan kurang memiliki ketulusan.
"Kami sedang membahas pembukaan perundingan militer dan mengusulkan suatu pembicaraan terpisah untuk mengkonfirmasi kesediaan Korea Utara untuk denuklirisasi," kata juru bicara Kementerian Penyatuan Chun Hae-Sung. "Ini adalah penilaian kita bahwa Utara terus melanjutkan ofensif semacam ini di bawah keadaan seperti ini, adalah bukan perilaku yang menunjukkan ketulusan."
Korea Selatan telah mengajukan mengadakan pembicaraan militer tingkat kerja pada 11 Februari untuk mengatur waktu dan agenda guna dialog militer tingkat tinggi. Seoul juga menuduh tetangganya itu mentorpedo kapal perangnya, Cheonan, pada Maret lalu yang menewaskan hilangnya 46 nyawa. Tetapi Korea Utara membantah serangan itu.
Korea Selatan mengatakan akan menuntut tetangganya itu "bertanggung jawab atas tindakan" serangan tahun lalu dan berjanji untuk tidak mengulangi serangan itu, sebagai prasyarat untuk setiap pertemuan militer tingkat tinggi. Tapi pada pernyataan Jumat Front Demokratik, salah satu badan pengawas urusan lintas batas, menyerukan pembicaraan tanpa syarat.
"Kami menyerukan kepada pihak berwenang Korea Selatan untuk membuang waswas dan prasangka yang tak berguna dan dengan jujur menghadiri semua dialog Utara-Selatan yang diusulkan tanpa penundaan dan kondisi apapun," katanya dalam sebuah pernyataan pada kantor berita resmi negara itu KCNA.
Pernyataan itu mengatakan bahaya perang "di mana tembakan dibalas dengan tembakan seperti pada tahun lalu telah dijinakkan sementara berkat upaya-upaya positif (Utara), tetapi bahaya ini masih berlanjut." Korea Utara mengatakan, pihaknya menyerang pulau dekat Laut Kuning yang disengketakan di perbatasan sebagai tanggapan terhadap latihan artileri Korea Selatan, yang menjatuhkan meriam-meriam ke perairan yang diklaim oleh Pyongyang.
Korea Selatan mengatakan, latihan tersebut adalah rutin dan dilakukan sebagai respon provokasi yang dilakukan Korea Utara. Setelah berbulan-bulan melakukan retorika berapi-api, Pyongyang telah mengubah taktiknya pada tahun ini dan membuat permohonan untuk sering berdialog. Tetapi Seoul telah menyatakan keraguannya mengenai banyak tawaran itu, dan mengatakan mereka sedang melakukan latihan hubungan masyarakat.