REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Warga Mesir yang dilengkapi berbagai senjata telah membentuk kelompok-kelompok untuk mempertahankan rumah-rumah mereka dari para penjarah setelah polisi tak lagi terlihat di jalan-jalan menyusul aksi-aksi protes yang berubah menjadi bentrokan.
Bank, perempatan jalan dan gedung-gedung penting yang sebelumnya dijaga oleh polisi dan keamanan negara dibiarkan tanpa penjagaan pada Sabtu dan warga sipil segera mengambil langkah mengisi kekosongan itu. "Tak ada personil polisi lagi di mana-mana," kata Ghadeer, 23 tahun, seorang warga. "Warga yang berada di lingkungan berada di luar membawa alat pemukul dan senjata tajam lain untuk mencegah orang-orang masuk."
"Warga di lingkungan bekerja sama menghentikan aksi ini dan melindungi diri," tambahnya. Polisi menarik diri dari jalan-jalan ketika tentara dikerahkan untuk mengambil alih keamanan di Kairo. Para saksi mata sejak itu melihat gerombolan orang menyerbu pasar-pasar swalayan, pusat-pusat komersial, bank, gedung pemerintah dan rumah-rumah pribadi di Kairo dan tempat-tempat lain. "Mereka membiarkan Mesir hancur," ujar Inas Shafik, 35 tahun.
Warga Mesir telah menyeru campur tangan tentara mengembalikan hukum dan ketertiban. Beberapa gedung pemerintah dibakar setelah aksi protes menentang kekuasaan Presiden Hosni Mubarak yang telah berlangsung selama 30 tahun. Bangunan-bangunan itu sering dibiarkan terbakar tanpa campur tangan penguasa.
Televisi negara mengatakan tentara dikerahkan ke tempat-tempat di seluruh Mesir untuk melindungi properti pribadi dan umum. Polisi menahan 470 orang di Kairo dengan tuduhan penjarahan, perusakan dan pembakaran properti publik.
Pihak militer juga menangkap para tersangka, demikian tayangan televisi negara Sabtu malam.