Senin 31 Jan 2011 07:04 WIB

Jet Tempur Mesir Terbang Rendah di Kairo

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Sejumlah helikopter dan jet tempur angkatan udara Mesir terbang rendah di Kairo, Minggu, sementara truk-truk pasukan tambahan terlihat di sebuah lapangan pusat dimana pemrotes menuntut diakhirinya kekuasaan Presiden Hosni Mubarak. Itu merupakan unjuk kekuatan militer terakhir Minggu dalam upaya yang tampaknya untuk mendesak pemrotes kembali ke rumah mereka sebelum berlakunya jam malam.

Mubarak mengadakan perundingan dengan para komandan tinggi militer pada pagi hari, kata media pemerintah. Seorang saksi Reuters melihat sedikitnya tiga jet terbang di atas Lapangan Tahrir. Jet-jet tempur itu terbang di Kairo beberapa kali.

Sedikitnya 12 truk pasukan dan tank tambahan juga bergerak ke arah lapangan tersebut, sementara pemrotes yang semakin banyak berkumpul untuk membangkang jam malam. Tank-tank ditempatkan di lapangan tersebut sejak Jumat ketika pasukan militer dikirim ke jalan untuk melakukan pengamanan setelah demonstrasi dan kerusuhan anti-pemerintah selama beberapa hari.

"Pesawat-pesawat itu berada di sana untuk menakut-nakuti warga. Jam malam sudah mulai berlaku dan tidak ada orang yang pulang," kata seorang insinyur berusia 45 tahun yang melakukan protes di Lapangan Tahrir. Jelas bagi saya bahwa militer berada di sini untuk melindungi Mubarak."

Pada pagi hari, Mubarak bertemu dengan Wakil Presiden yang baru diangkat Omar Suleiman, Menteri Pertahanan Mohamed Hussein Tantawi, Kepala Staf Sami al-Anan dan panglima-panglima lain di markas besar militer. Ketika jet-jet tempur itu terbang rendah, beberapa orang meneriakkan "Hidup militer." Beberapa lain di Lapangan Tahrir meneriakkan "Kami tidak akan pergi, ia harus pergi, Hosni sudah gila."

Menteri pertahanan tersebut terlihat di televisi pemerintah meninjau satuan-satuan militer di luar gedung penyiaran pemerintah itu. "Mesir bergantung pada anda," kata Tanwati kepada satu prajurit sambil menepuk pundaknya.

Para aktivis muda pro-demokrasi Mesir yang menuntut pelengseran Mubarak diilhami oleh pemberontakan yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada bulan ini.

Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014.

Ia dikabarkan berada di Arab Saudi. Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka.

sumber : ant/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement