REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Amerika Serikat dan sekutunya terkesan hati-hati menyikapi krisis yang kini tengah terjadi di Mesir. Di satu sisi, ada kepentingan mereka dengan tetap bercokolnya Hosni Mubarak di tampuk kekuasaan. Di sisi lain, seperti kata para analis, mereka membaca keinginan rakyat akan perubahan tak lagi bisa dibendung.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, kembali menyerukan perdamaian di Mesir. Amerika Serikat, katanya, mengimbau pasukan keamanan Mesir untuk "menahan diri" dalam menghadapi kekacauan dan protes di Kairo. Ia juga mendukung pembentukan pemerintah transisi di negeri ini.
"Mari saya ulangi lagi apa yang Presiden Obama dan yang saya telah katakan," kata Clinton dalam wawancara dengan CBS dalam program "Face The Nation", "Kita akan terus mendesak pasukan keamanan Mesir untuk menahan diri, untuk tidak menanggapi dengan cara apapun melalui kekerasan atau intimidasidari para demonstran yang menuntut agar keluhan mereka didengar."
Puluhan ribu warga Mesir kembali turun ke jalan-jalan kota Kairo dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir, mengutuk korupsi pemerintah dan menuntut penyingkiran Presiden Mesir Mubarak.
"Apa orang-orang yang di alun-alun dan tempat lain di Mesir adalah hak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan mereka, untuk memiliki peluang ekonomi, dan penghormatan akan hak asasinya sebagai manusia," tambah Clinton.
Clinton menekankan bahwa gerakan reformasi simbolis oleh Presiden Mesir Mubarak tak akan dianggap cukup oleh pemerintah AS. "Kata-kata saja tidak cukup. Harus ada tindakan," kata Clinton. "Harus ada komitmen yang dibuktikan dengan jenis reformasi bahwa kita semua tahu diperlukan dan diinginkan."
Clinton mengatakan dia tidak tahu mengapa pesawat tempur Mesir telah terbang di atas para demonstran di tengah alun-alun Kairo, tetapi mendesak militer untuk bertindak dengan hati-hati.
"Laporan kami sampai sekarang bahwa tentara Mesir telah mengambil posisi, bahwa mereka menunjukkan hambatan seperti itu," katanya.
Menanggapi pertanyaan tentang pengambilalihan potensi gerakan oposisi utama Mesir, Ikhwanul Muslimin, Clinton mengatakan dia tidak akan berspekulasi tentang "yang pergi atau yang tetap." Ia menyatakan AS jelas ingin melihat orang-orang yang benar-benar berkomitmen untuk demokrasi, untuk tidak memaksakan ideologi di Mesir.