Senin 31 Jan 2011 10:46 WIB

Mesir Tutup dan Cabut Izin Al Jazeera

Tayangan liputan Al Jazeera tentang demonstrasi di Mesir
Foto: ENDURING AMERICA WORLD VIEW
Tayangan liputan Al Jazeera tentang demonstrasi di Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Mesir, Ahad (30/1) menghentikan liputan Al Jazeera mengenai demonstrasi massa terhadap rezim Presiden Hosni Mubarak. Namun, stasiun berita Arab-raya itu berjanji bahwa mereka tidak akan diam.

Menteri informasi yang akan mengakhiri masa tugas Anas al-Fikki "telah memerintahkan penghentian semua kegiatan Al Jazeera di Republik Arab Mesir. Izin melakukan kegiatan peliputan berita juga dibatalkan, kantor berita resmi MENA melaporkan.

Kartu pers semua staf Al Jazeera di Mesir telah ditarik, demikian kantor berita itu menambahkan. Operator satelit Nilesat sementara ini menghentikan rilainya terhadap program Al Jazeera, meskipun saluran televisi yang bermarkas di Qatar itu masih dapat ditonton di Kairo melalui Arabsat.

Di Twitter, seorang wartawan Al Jazeera, Dan Nolan, menulis: "Biro Al Jazeera Kairo telah ditutup. Baru saja dikunjungi oleh keamanan pemerintah berpakaian biasa, uplink TV ini sekarang ditutup".

Dalam satu pernyataan, Al Jazeera menyampaikan "kekecewaan sekali pada blokade sinyal Nilesat-nya. Al Jazeera melihat itu sebagai upaya lebih lanjut untuk mengganggu dan merintangi siaran laporannya keluar dari Mesir".

Sebelumnya, Al Jazeera mengatakan penutupan operasinya di Mesir -- pada hari keenam protes jalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sering keras -- dimaksudkan untuk "menyensor dan membungkam suara rakyat Mesir".

"Al Jazeera melihat itu sebagai aksi yang dirancang untuk melumpuhkan dan menekan kebebasan melaporkan oleh jaringan ini dan wartawan pada umumnya," katanya. "Al Jazeera menjamin audiensnya di Mesir dan di seluruh dunia bahwa mereka akan meneruskan laporan-laporan mendalam dan komprehensif mengenai kejadian-kejadian yang berkembang di Mesir."

Saluran itu menambahkan: "Pada waktu kekacauan dan kerusuhan mendalam dalam masyarakat Mesir ini, penting sekali bahwa suara dari semua pihak didengar. "Penutupan biro kami oleh pemerintah Mesir ditujukan untuk menyensor dan membungkam suara rakyat Mesir.

"Jaringan Al Jazeera terkejut pada sikap terakhir rezim Mesir yang menyerang kebebasan untuk melaporkan secara tidak memihak terhadap kejadian-kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya di Mesir," stasiun itu menambahkan.

Revolusi

Al Jazeera telah merevolusi media berbahasa Arab itu dan melaporkan mengenai Timur Tengah sejak didirikannya pada 1996. Beberapa pengamat media memuji liputannya mengenai pergolakan bulan ini di Tunisia karena telah menyumbang pada jatuhnya penguasa diktator yang telah menjabat dalam waktu lama negara di Afrika Utara itu, Zine El Abidine Ben Ali.

Pekan lalu Al Jazeera membuat marah Pemerintah Otonomi Palestina ketika mereka mulai mengeluarkan dokumen pertama dari 1.600 berkas yang mengulasi detail pembicaraan damai antara Israel dan Palestina selama satu dasawarsa

Dokumen itu menuduh bahwa juru runding Palestina telah menawarkan konsesi mengenai masalah-masalah sensitif seperti Jerusalem dan pengungsi.

Berkas itu juga menyatakan bahwa anggota-anggota Pemerintah Otonomi Palestina yang didominasi Fatah telah bekerja sama secara dekat dengan Israel dalam melawan Hamas, pesaing Fatah yang lebih militan, penguasa Jalur Gaza.

Pada Desember, Kuwait menutup biro Al Jazeera di Kuwait City karena liputannya mengenai penggunaan pasukan polisi pada satu pertemuan umum. Al Jazeera membantah campurtangan dalam urusan Kuwait, mengatakan saluran itu hanya melakukan tugasnya.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement