REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN - Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih bertahan di Mesir tidak hanya mengalami krisis bahan makanan, namun juga mulai kehabisan uang tunai karena bank dan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) tak bisa dioperasikan. "Sebagian besar WNI di sini kehabisan uang. Pengumuman bantuan logistik dari KBRI belum kami terima. Kami seperti hidup di tengah kota mati," ujar salah satu mahasiswa Universitas Al Azhar asal Kota Madiun, Jawa
Timur, Yovi Saddan melalui pesan facebook yang dikirim ke wartawan ANTARA, Jumat (4/2).
Menurut dia, dalam situasi Mesir yang terus bergolak, Yovi dan kawan-kawannya memilih diam di dalam apartemen. Mereka memantau perkembangan di luar melalui siaran televisi. "Dari pagi hingga malam, kami selalu memantau situasi Mesir melalui TV. Di CNN, BBC atau France 24 dan tersiar kabar bahwa warga Amerika, Israel, Turki, Prancis, Brunei, dan Thailand telah dievakuasi oleh pemerintah masing-masing," kata dia.
Ribuan WNI yang sebagian besar adalah mahasiswa ini berharap Pemerintah Indonesia segera mengevakuasi mereka dari Mesir, termasuk dirinya. "Kami mendengar bahwa pemerintah telah mengirim pesawat untuk mengevakuasi WNI, tapi satu persatu. Padahal, kalau satu pesawat hanya mampu menampung 500 orang untuk sekali terbang, berarti membutuhkan sekitar 11 pesawat. Jarak tempuh dari Indonesia ke Mesir membutuhkan waktu 10 jam," tutur Yovi dalam pesannya.
Sementara proses administrasi evakuasi membutuhkan waktu satu hari. "Kami cukup cemas karena informasi yang kami terima dari Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir (PPMI), para mahasiswa yang belum terangkut diminta menunggu," ujarnya. "Tunggu saja! Tunggu keputusan pemerintah pusat, karena katanya, inilah instruksi Dubes," kata Yovi menirukan jawaban yang selalu ia terima dari PPMI.
Ia berharap Pemerintah Indonesia menambah jumlah pesawat agar evakuasi ribuan WNI di Mesir dapat segera terselesaikan. Yovi adalah satu dari ribuan mahasiswa Indonesia di Mesir yang merasakan sulitnya bertahan hidup di negera yang sedang dilanda krisis politik. Yovi adalah mahasiswa S-1 Jurusan Tafsir Alquran, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al Azhar, Kairo.
Ibunda Yovi, Sri Sugiarti, di rumahnya di Jalan Maleo, Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Jatim, mengaku cemas dengan nasib anaknya yang saat ini masih bertahan di Mesir. Pihaknya berharap, pemerintah segera menambah pesawat untuk mengevakuasi WNI.
"Seharusnya jumlah pesawatnya ditambah, kalau hanya satu tidak akan cepat selesai. Selain itu, kami juga meminta Pemerintah Indonesia menjamin keamanan WNI yang masih bertahan di Mesir," kata Sri Sugiarti.